Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) saat bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping di Moskow, 21 Maret 2023. (Pavel Byrkin / SPUTNIK / AFP)
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) saat bersama Presiden Tiongkok Xi Jinping di Moskow, 21 Maret 2023. (Pavel Byrkin / SPUTNIK / AFP)

Dukung Belt and Road, Putin Berencana Kunjungi Tiongkok Pekan Ini

Medcom • 16 Oktober 2023 18:25
Beijing: Presiden Rusia Vladimir Putin berencana menemui jajaran pemimpin Tiongkok di Beijing pekan ini. Kunjungan itu menggarisbawahi dukungan ekonomi dan diplomatik Tiongkok terhadap Moskow selama perang di Ukraina.
 
Kedua negara telah membuat aliansi informal melawan Amerika Serikat dan negara-negara demokratis lainnya, yang sekarang menjadi semakin rumit usai meletusnya perang Israel-Hamas.
 
Tiongkok berupaya bersikap adil terhadap hubungannya dengan Israel serta hubungan ekonominya dengan Iran dan Suriah. Rusia mendukung sikap Tiongkok tersebut.

Melansir Hindustan Times, Senin, 16 Oktober 2023, kunjungan Putin diketahui sebagai bentuk dukungan program Belt and Road Initiatives (BRI) yang digagas pemimpiin Tiongkok Xi Jinping untuk membangun infrastruktur dan memperluas pengaruh Tiongkok di luar negeri.
 
Presiden Putin menjadi salah satu tamu penting peringatan 10 tahun kebijakan Xi tersebut. Adapun ada bebrapa negara yang terbebani, seperti Zambia dan Sri Lanka dengan utang besarnya ketika menandatangani kontrak dengan perusahaan Tiongkok dalam membangun jalan, bandara, serta pekerjaan umum lainnya.
 
Belum ada pihak yang mengonfirmasi  kedatangan Putin secara pasti, tapi para pejabat Tiongkok memperkirakan dia akan tiba pada Senin, 16 Oktober 2023 malam.
 
Putin menjawab pertanyaan wartawan pada Jumat terkait maksud kunjungannya ke Tiongkok, dia mengatakan kunjungannya itu membahas proyek-proyek Belt and Road, yang baginya Moskow ingin kaitkan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh aliansi ekonomi neggara-negara bekas Uni Soviet yang sebagian besar di wilayah Asia Tengah.
 
“Kami tidak memiliki kontradiksi apa pun di sini, sebaliknya, ada sinergi tertentu,” kata Putin, dilansir dari Hindustan Times, Senin, 16 Oktober 2023.
 
Baca juga:  Setelah Jerman, Kini Italia Coba Tinggalkan Belt and Road Tiongkok

Kemitraan Rusia-Tiongkok

Dirinya juga akan membahas hubungan kedua negara terkait ekonomi dan keuangan.
 
“Salah satu bidang utamanya adalah hubungan keuangan dan menciptakan insentif lebih lanjut untuk pembayaran dalam mata uang nasional,” lanjut Presiden Putin.
 
Direktur Carnegie Russia Eurasia Center, Alexander Gabuev menjelaskan dari pandangan Tiongkok,  "Rusia adalah tetangga yang aman dan ramah, merupakan sumber bahan mentah yang murah, merupakan dukungan bagi inisiatif Tiongkok di panggung global dan juga merupakan sumber teknologi militer, beberapa di antaranya tidak dimiliki Tiongkok.”
 
Menurutnya, Rusia menganggap Tiongkok sebagai penyelamat ekonominya dalam penindasan brutal terhadap Ukraina.
 
Gabuev menerangkan meskipun Moskow dan Beijing tidak akan membentuk aliansi militer penuh, kerja sama pertahanan keduanya akan tetap tumbuh.
 
“Kedua negara mandiri dalam hal keamanan dan mendapat manfaat dari kemitraan, namun keduanya tidak memerlukan jaminan keamanan dari pihak lain. Dan mereka mengajarkan otonomi strategis,” tambah Gabuev.

'Hubungan Tanpa Batas'

Bentuk kerja sama dalam bidang pertahanan akan memproyeksikan kekuatan bersama, termasuk di wilayah seperti Arktik dan masih banyak upaya untuk mengembangkan pertahanan rudal yang menjadikan perencanaan nuklir AS lebih efektif.
 
Tiongkok dan Rusia merupakan rival Perang Dingin dalam memperebutkan pengaruh negara-negara berhaluan kiri, tetapi mereka justru bersekutu dalam bidang ekonomi, militer, dan diplomatik.
 
Beberapa pekan sebelum invasi penuh Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, Putin bertemu Xi di Beijing untuk menandatangani perjanjian hubungan ‘hubungan tanpa batas’. Sedangkan upaya Beijing menjadi perantara perdamaian netral dalam perang Rusia lawan Ukraina ditolak banyak komunitas internasional.
 
Selanjutnya, Xi mengunjungi Moskow pada bulan Maret sebagai bagian dari pertukaran informasi antara kedua belah pihak.
 
Tiongkok mengecam sanksi internasional yang ditujukan kepada Rusia, tapi belum menanggapi secara langsung surat perintah penangkapan Putin yang dikeluarkan Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan penculikan ribuan anak di Ukraina. (Abdurrahman Addakhil)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan