Dalam sebuah wawancara, Griffiths menegaskan bahwa permintaannya sangatlah sederhana: "Segera izinkan truk-truk bantuan itu pergi (ke Tigray)."
"Situasi saat ini adalah buatan manusia, dan sebenarnya bisa diatasi oleh tindakan pemerintah," ucapnya, dilansir dari laman Times Live, Rabu, 29 September 2021.
Peperangan terjadi antara pasukan Ethiopia dan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) sejak lebih dari 10 bulan lalu. Ribuan orang tewas dalam konflik, dan lebih dari dua juta lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
"Kami memprediksi ada sekitar 400 ribu orang yang kelaparan. Ada juga sejumlah orang yang berisiko kelaparan, yang benar-benar bisa tidak mendapat makanan sama sekali jika bantuan tidak segera disalurkan," tutur Griffiths, merujuk pada laporan PBB mengenai Tigray pada Juni lalu.
"Saya berasumsi sesuatu seperti (kelaparan) itu sedang terjadi," sambungnya. Ia mengaku tidak dapat mengetahui kondisi sebenarnya di Tigray karena adanya blokade de facto.
Misi Ethiopia di PBB mengatakan, bahwa "segala klaim mengenai adanya blokade adalah tidak berdasar."
Beberapa pekan lalu, Amerika serikat mengumumkan ancaman serangkaian sanksi tambahan terkait berlanjutnya konflik berdarah di wilayah Tigray, Ethiopia. AS mengancam akan menghukum siapapun yang memperpanjang konflik dan memperparah krisis kemanusiaan di Tigray.
Sebuah perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden Joe Biden memungkinkan Kementerian Keuangan AS untuk menjatuhkan sanksi kepada jajaran pemimpin dan tokoh terkait konflik Tigray.
"Perintah eksekutif yang saya tandatangani hari ini menetapkan serangkaian sanksi terbaru yang dapat dijatuhkan kepada merea yang bertanggung jawab dalam memperpanjang konflik di Ethiopia, menghalangi akses kemanusiaan, atau mencegah gencatan senjata," tegas Biden.
Baca: AS Ancam Jatuhkan Tambahan Sanksi atas Konflik Tigray
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News