Menurut Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, dugaan pembantaian di kota Bucha merupakan sebuah "serangan palsu" yang ditujukan untuk merusak reputasi Negeri Beruang Merah.
Otoritas Ukraina mengaku tengah menyelidiki dugaan kejahatan perang yang mungkin dilakukan pasukan Rusia di Bucha. Investigasi dimulai usai pasukan Ukraina menemukan banyak jasad warga sipil bergelimpangan di Bucha.
Seorang reporter kantor berita AFP mengaku melihat setidaknya 20 jenazah di Bucha. Sementara menurut Wali Kota Bucha, Anatoliy Fedoruk, mengatakan bahwa lebih dari 300 warganya telah dibunuh.
Lavrov mengklaim bahwa mayat-mayat yang bergelimpangan di Bucha merupakan sebuah bentuk "rekayasa" oleh otoritas Ukraina. Rekayasa itu, lanjut Lavrov, kemudian disebarkan di media sosial oleh Ukraina dan negara-negara Barat.
"Sebuah 'serangan palsu' dilakukan di kota Bucha, wilayah Kiev, setelah para prajurit Rusia meninggalkan area sesuai kesepakatan," kata Lavrov, dikutip dari Independent, Senin, 4 April 2022.
"Serangan palsu lainnya dilakukan di sana beberapa hari setelahnya, dan kemudian disebarkan di seluruh saluran dan media sosial oleh perwakilan Ukraina dan para sekutu Barat mereka," sambungnya.
Lavrov juga menekankan bahwa pada tanggal 31 Maret, Fedoruk mengonfirmasi dalam sebuah pesan video bahwa sudah tidak ada lagi prajurit Rusia di Bucha. Dalam video itu, kata Lavrov, Fedoruk tidak menyinggung mengenai adanya warga sipil yang ditembak di jalanan.
"Dua hari kemudian kita semua melihat rekayasa di jalan-jalan (kota Bucha), yang sekarang mereka gunakan untuk kepentingan anti-Rusia," sebut Lavrov.
Baca: Macron Serukan Tambahan Sanksi untuk Rusia atas 'Kejahatan Perang' di Bucha
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News