"Kami mengambil langkah cepat dengan menandatangani pendaftaran Ukraina untuk percepatan aksesi menuju (keanggotaan) NATO," kata Zelensky dalam sebuah pernyataan yang diunggah di situs kepresidenan Ukraina.
Ia mengatakan bahwa Ukraina terus bekerja sama erat dengan NATO, dan berargumen bahwa pasukannya telah membantu mengamankan para anggota aliansi tersebut dengan cara mengalahkan Rusia di medan tempur.
"Di Ukraina lah nasib demokrasi dalam menghadapi tirani sedang dipertaruhkan," tutur Zelensky, dikutip dari laman The New York Times. Ia mengatakan pendaftaran Ukraina dapat berlangsung cepat, mirip dengan yang pernah dilakukan Swedia dan Finlandia.
Sementara itu di Brussels, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa Ukraina, seperti negara demokrasi lainnya di Ukraina, memiliki hak untuk mendaftar ke aliansi. Namun ia mengingatkan bahwa keputusan menerima anggota baru hanya bisa diambil melalui konsensus 30 negara anggotanya.
"Fokus terkini NATO adalah melanjutkan dukungan untuk Ukraina, sehingga mereka dapat membela diri sendiri dari invasi brutal Rusia," tutur Stoltenberg.
Keinginan Ukraina untuk bergabung dengan NATO sudah sejak lama menjadi sumber konflik dengan Rusia. Moskow memandang keinginan Ukraina itu, jika terwujud, hanya akan memperluas pengaruh NATO di Eropa timur yang dianggap berbahaya bagi keamanan nasional.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ekspansi NATO dapat membuat rudal-rudal negara Barat berada sangat dekat dengan Negeri Beruang Merah. Pernyataan itu merupakan salah satu alasan Putin dalam melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
Zelensky pernah menyampaikan ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO, sebuah aspirasi yang bahkan tercantum di konstitusi negara sejak 2019. Namun pada Maret lalu, satu bulan usai invasi Rusia, Zelensky mengurungkan niatnya itu. Ia mengakui bahwa Ukraina mungkin tidak akan pernah bisa bergabung dengan NATO.
Pendaftaran Ukraina menuju keanggotaan NATO kemungkinan akan menghadapi hambatan besar, dan Zelensky sudah menyadari hal itu. Salah satu hambatan utamanya adalah dibutuhkannya persetujuan dari 30 negara anggota NATO.
Sebelumnya di Moskow, Putin menandatangani "perjanjian aksesi" yang meresmikan aneksasi "ilegal" empat wilayah Ukraina -- Kherson, Zaporizhzhia, Luhansk dan Donetsk. Putin menegaskan bahwa referendum di empat wilayah tersebut adalah keinginan jutaan warga.
Baca: Umumkan Pencaplokan 4 Wilayah Ukraina, Putin: Selamanya Milik Rusia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News