Kamis kemarin, ledakan bom bunuh diri di bandara Kabul telah menewaskan 182 orang, termasuk 13 personel militer AS. Islamic State Khorasan (ISIS-K), grup afiliasi ISIS di Afghanistan, mengklaim serangan tersebut.
Sebagai balasannya, AS meluncurkan serangan udara dari pesawat tanpa awak (drone) di provinsi Nangarhar pada Jumat malam. Serangan tersebut menewaskan dua militan ISIS-K.
Dua militan itu dideskripsikan sebagai perencana dan fasilitator, namun belum diketahui pasti apakah terkait langsung dengan serangan di bandara Kabul.
Baca: Drone AS Bunuh Militan ISIS-K Perancang Serangan di Bandara Kabul
"Gempuran udara ini bukan yang terakhir. Kami akan terus memburu setiap orang yang terlibat dalam serangan (di bandara Kabul) dan membuat mereka membayar atas kejahatan mereka," tutur Biden, dilansir dari laman BBC.
ISIS-K adalah grup paling ekstrem di Afghanistan yang juga memiliki sejumlah perbedaan pandangan dengan Taliban. Dalam serangan di Kabul pada Kamis kemarin, beberapa korban tewas bahkan ada di kubu Taliban, grup yang kini menguasai Afghanistan.
Mengenai serangan balasan AS, Taliban melontarkan kecaman dengan mengatakan bahwa Washington seharusnya berkoordinasi dengan mereka terlebih dahulu.
Pasukan AS mulai menarik diri dari bandara Kabul menjelang berakhirnya misi militer di Afghanistan pada 31 Agustus. Jumlah personel AS di bandara ibu kota Afghanistan kini turun menjadi 4 ribu dari sebelumnya 5.800.
Menurut keterangan beberapa petinggi Gedung Putih, proses evakuasi warga dari Afghanistan di akhir Agustus ini akan menjadi misi paling berbahaya sejak dua pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News