Mulai akhir pekan ini, warga Madrid hanya boleh bepergian keluar dari distrik rumah mereka untuk urusan esensial seperti mencari makan atau berobat.
Bar dan restoran di Madrid tidak boleh melayani lagi pelanggan setelah pukul 22.00. Segala bentuk perkumpulan massa di ibu kota Spanyol hanya dibatasi maksimal enam orang.
Langkah lockdown parsial di Madrid ini merupakan permintaan langsung dari pemerintah federal Spanyol. Lockdown ini juga berlaku di sembilan kota yang mengelilingi Madrid.
Larangan terbaru sempat ditentang otoritas kota Madrid, yang berusaha menggunakan jalur hukum untuk mencegahnya. Menteri Hukum Madrid menilai lockdown ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi hingga EUR8 miliar, sementara presiden regional Isabel Diaz Ayuso melontarkan kekesalannya via Twitter.
"Terima kasih atas kekacauan ini, (Perdana Menteri) Pedro Sanchez," tulisnya, dilansir dari laman BBC, Sabtu 3 Oktober 2020.
Tanda-tanda terjadinya gelombang kedua covid di Spanyol dapat terlihat di unit perawatan darurat rumah sakit 12 de Octubre, salah satu yang terbesar di Madrid. Pada setiap jamnya, ambulans berdatangan dengan membawa pasien baru covid-19.
Sebagian dari pasien covid-19 dibantu naik ke kursi roda, sementara yang lainnya harus diangkut langsung oleh jajaran staf medis yang memakai alat pelindung diri (APD) secara lengkap.
Tidak hanya di Madrid, banyak rumah sakit di seantero Spanyol yang juga kembali dipenuhi pasien baru covid-19.
Di rumah sakit La Paz, sebuah RS besar lainnya di Madrid, juga mengalami krisis ranjang pasien. Total 30 ranjang di unit perawatan intensif di rumah sakit tersebut sudah diisi pasien covid-19.
"Jumlah pasien lebih banyak dari yang bisa kami tangani di unit perawatan intensif," sebut Juan Jose Rio, Direktur Medis RS La Paz.
"Semua staf di rumah sakit kami khawatir tsunami (pasien covid-19) akan datang lagi," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News