Lockdown Madrid mulai berlaku Senin ini, yang berdampak pada sekitar 850 ribu orang. Lockdown menyentuh beberapa area berpenghasilan rendah dengan konsentrasi jumlah imigran yang lebih tinggi dari wilayah lain.
Spanyol sejauh ini masih menjadi negara dengan angka kasus tertinggi covid-19 di benua Eropa. Dari total infeksi covid-19 di Spanyol, banyak di antaranya yang berasal dari Madrid.
Dalam aksi protes pada akhir pekan kemarin, demonstran berkumpul di 12 dari 37 distrik yang terkena dampak lockdown di sekitaran Madrid. Di Vallecas, warga setempat mengatakan sistem kesehatan sudah tak bisa diandalkan dan lockdown akan mengurangi penghasilan mereka secara drastis.
Para pengunjuk rasa menilai lockdown di area-area miskin membuat mereka menjadi sasaran stigma buruk.
"Tidak logis bahwa orang-orang bebas beraktivitas di area-area kaya, tapi tidak untuk Vallecas. Padahal risiko penularan (covid-19) sama saja di mana pun. Pemerintah mendiskriminasi kami," kata Begona Ramos, seorang warga berusia 56 tahun.
Wali Kota Madrid Jose Luis Martinez-Almeida menegaskan bahwa kebijakan lockdown ini tidak mendiskriminasikan kelompok menengah ke bawah. "Tidak ada warga kelas atas dan lapis kedua. Kita selalu bersama dalam momen saat ini," tegasnya, dikutip dari BBC, Senin 21 September 2020.
Di bawah lockdown, warga wilayah miskin di Madrid hanya bisa pergi keluar zona mereka untuk bekerja, bersekolah, atau mencari bantuan medis. Acara perkumpulan di zona lockdown dibatasi maksimal enam orang; taman publik akan ditutup; dan tempat usaha diminta mennutup bisnis pada pukul 22.00.
Kepala Kesehatan Regional MAdrid Enrique Ruiz Escudero mengatakan, jika langkah ini tidak efektif mengurangi covid-19, maka lockdown dengan skala lebih luas lagi akan diterapkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News