Sebelum Washington Post mempublikasikan laporan tentang panggilan tersebut, Trump mengatakan di Twitter pada Minggu bahwa dia telah berbicara melalui telepon dengan Raffensperger tentang penipuan pemilih di Georgia.
"Dia tidak mau, atau tidak mampu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti penipuan 'surat suara di bawah meja', penghancuran surat suara, 'pemilih' di luar negara bagian, pemilih yang mati, dan banyak lagi. Dia tidak tahu!" tulis Trump dalam Twitter.
Raffensperger menanggapi di Twitter: "Dengan hormat, Presiden Trump: Apa yang Anda katakan tidak benar. Kebenaran akan terungkap."
Potensi kriminal
Berita tentang panggilan telepon pada Sabtu 2 Januari itu menuai kecaman langsung dari anggota Kongres Partai Demokrat, termasuk Ketua Komite Intelijen DPR Adam Schiff. Menurut Schiff itu bisa menjadi tindakan ilegal."Penghinaan Trump terhadap demokrasi diungkap. Sekali lagi. Dalam rekaman," tulis Schiff di Twitter. "Menekan seorang pejabat pemilu untuk 'menemukan' suara sehingga dia bisa menang berpotensi kriminal, dan penyalahgunaan kekuasaan secara mencolok oleh orang korup yang akan menjadi lalim, jika kami mengizinkannya. Kami tidak akan,” tegas Schiff.
Sementara menurut Anthony Michael Kreis, seorang profesor hukum di Georgia State University, aada kasus kuat bahwa Trump melanggar undang-undang Georgia yang melarang penipuan pemilu, serta undang-undang federal yang serupa.
"Jika ada orang lain yang melakukan ini -,orang lain yang memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi pejabat pemilihan,- tidak ada keraguan dalam pikiran saya, bahwa paling tidak penyelidikan kriminal akan segera dibuka," ujar Kreis, menambahkan bahwa dia pikir itu tidak mungkin di bawah jaksa Georgia atau pemerintahan Biden.
"Tampaknya tidak ada kemauan politik untuk itu," katanya.