Wakil Juru Bicara Partai Alternatif untuk Jerman (AfD) di Koln, Matthias Buschges, menilai pemberian izin tersebut dapat mengubah citra negara Jerman.
"(Keputusan) itu memberi kesan bahwa Jerman bukan negara Kristen, tapi negara Muslim," kata Buschges, dilansir dari Anadolu Agency, Rabu, 13 Oktober 2021,
Reker menegaskan bahwa Koln, salah satu kota terbesar di Jerman dan rumah bagi lebih dari 120 ribu Muslim, menghargai keragaman dan kebebasan beragama.
"Koln adalah kota keragaman dan kebebasan beragama. Mengizinkan azan bagi saya adalah tanda penghormatan," tegas Reker.
Baca: Kota Koln di Jerman Izinkan Kumandang Azan untuk Salat Jumat
Tudingan Islamisasi
Namun, gerakan Islamofobia dan partai sayap kanan AfD tetap mengkritik keras keputusan Reker, dengan argumen bahwa itu adalah "tanda lain dari Islamisasi Jerman."Beatrix von Storch, wakil jubir lainnya dari AfD, menegaskan bahwa partainya sangat menentang keputusan Reker. "Seruan azan bukanlah ekspresi kebebasan beragama, toleransi, dan keberagaman. Itu adalah ekspresi dari klaim politik untuk menguasai dan (melakukan) Islamisasi."
Menurut kesepakatan antara Koln dan komunitas Muslim setempat, sejumlah masjid dapat mengumandangkan azan pada Jumat siang selama lima menit.
Konstitusi Jerman menjamin kebebasan beragama. Namun kumandang azan merupakan hal kontroversial di beberapa kota di Jerman.
Jerman, negara dengan total penduduk lebih dari 80 juta jiwa, memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis. Sebanyak tiga juta dari 4,6 juta populasi Muslim di Jerman berasal dari Turki.
Negara ini telah menyaksikan peningkatan rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir, yang didorong propaganda kelompok dan partai sayap kanan yang telah berusaha memicu ketakutan terhadap Muslim dan imigran demi meraih banyak suara dalam pemilu. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id