Ia menyerukan AS untuk mempertanyakan misi 20 tahun mereka di Afghanistan dan juga proses evakuasi dari negara tersebut pada Agustus lalu.
Erdogan mengatakan Turki sebenarnya dapat melanjutkan tugas mengamankan bandara internasional di Kabul, jika AS bersedia menyediakan dukungan logistik, termasuk penyaluran dana dan juga transfer persenjataan serta amunisi.
"Namun yang terjadi di lapangan justru bertolak belakang. Semua senjata, amunisi, dan kendaraan di Bandara (Internasional Hamid) Karzai justru ditransfer ke Taliban. Saat ini, Taliban beroperasi di sana dengan senjata Amerika," tutur Erdogan.
Erdogan menyebut perpindahan senjata dari tangan AS ke pihak lain merupakan sesuatu yang sering terjadi. Ia mencontohkan transfer persenjataan Washington kepada grup-grup seperti PKK atau YPG, yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris.
AS diketahui bermitra dengan YPG dalam memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS) di Suriah.
"Hal semacam itu terjadi di pemerintahan terdahulu AS, dan terjadi lagi di pemerintan saat ini. Grup teror seperti PKK/YPG/PYD seharusnya tidak didukung dengan persenjataan," sebut Erdogan.
"Walau kita sama-sama anggota NATO, organisasi teroris tidak boleh mendapat bantuan," sambungnya.
Mengenai operasi melawan ISIS di Suriah, Turki mengaku tak habis pikir mengapa AS mau bermitra dengan YPG atau PKK. Menurutnya, memerangi grup teroris dengan kelompok teror lain merupakan sesuatu yang tidak masuk akal.
Baca: Erdogan Pertimbangkan Beli Lebih Banyak S-400 Meski Dikecam AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News