Penggeledahan dilakukan FBI dalam rangkai investigasi dugaan pelanggaran Undang-Undang Spionase. Dalam operasi tersebut, FBI membawa sejumlah kotak berisi banyak dokumen, beberapa di antaranya bersifat rahasia.
"Saat penggerebekan oleh FBI di Mar-a-Lago, mereka mencuri tiga paspor milik saya (satu telah kadaluarsa), bersama dengan yang lainnya," tulis Trump dalam platform media sosialnya, dilansir dari Anadolu Agency, Selasa, 16 Agustus 2022.
"Ini adalah serangan terhadap lawan politik pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya di negara kita," tambahnya.
Berdasarkan surat perintah penggeledahan yang dikeluarkan pada Jumat lalu, mantan presiden AS itu tengah berada di bawah penyelidikan kemungkinan pelanggaran UU Spionase dan tindak kriminal lainnya.
"Negara ini berada dalam posisi yang sangat berbahaya," ujar Trump dalam wawancaranya dengan Fox News Digital pada Senin kemarin.
"Belum pernah ada kejadian seperti ini, di mana penegak hukum digunakan untuk membobol masuk rumah mantan presiden Amerika Serikat," lanjut Trump. "Dan ada kemarahan luar biasa di dalam negeri ini – pada tingkat yang belum pernah terlihat sebelumnya."
Hingga saat ini, belum ada kejelasan pasti mengapa FBI menahan paspor milik Trump, atau mengapa ia memiliki tiga paspor. Para ahli mengatakan bahwa ia mungkin saja memiliki paspor penerbitan khusus kedua sebagai mantan presiden AS.
Surat penggeledahan pada Jumat kemarin menunjukkan bahwa FBI sedang menyelidiki Trump atas pelanggaran tiga undang-undang federasi, seperti pengumpulan, penghilangan, dan penyebaran informasi pertahanan; penyembunyian, pemindahan, atau pemutilasian catatan resmi negara; serta penghancuran, pengubahan, atau pemalsuan catatan dalam penyidikan federal.
Surat perintah memberi wewenang kepada FBI untuk menyita sejumlah barang, termasuk dokumen dan "catatan pemerintah dan/atau Catatan Presiden apa pun yang dibuat antara 20 Januari 2017 dan 20 Januari 2021."
Tanda terima properti, yang dibuat bersamaan dengan surat perintah penggeledahan, menyebutkan bahwa selain 11 set dokumen rahasia yang diambil, agen FBI juga menyita beberapa dokumen lain termasuk perintah Trump seputar grasi kepada sekutu politiknya, Roger Stone. FBI juga menyita "sebuah kotak bersampul kulit," dua buah foto, catatan rahasia presidensial, dan informasi terkait Presiden Prancis.
Informasi tersebut tidak secara gamblang menyebut siapa pemimpin Prancis yang dimaksud, tetapi kemungkinan merujuk pada Emmanuel Macron, yang berkuasa di istana Elysee di Paris selama masa kepemimpinan Trump.
Baca: FBI Sita 11 Kotak Dokumen 'Super Rahasia' dari Rumah Trump di Florida
Di bawah kecaman Trump beserta sekutunya, Jaksa Agung AS Merrick Garland membela penggeledahan FBI di Mar-a-Lago pada Kamis pekan kemarin.
Dalam komentar yang sangat jarang terjadi pada saat penyelidikan berlangsung, ia mengatakan bahwa "secara pribadi menyetujui" keputusan perilisan surat perintah dan menekankan bahwa Departemen Hukum "tidak menganggap remeh keputusan seperti itu." (Gracia Anggellica)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News