Penunjukan kelompok Houthi, yang diperkirakan akan dilakukan pada Rabu, sebagai entitas “teroris global yang ditetapkan secara khusus” terjadi di tengah serangan yang dilakukan kelompok tersebut terhadap pelayaran dan kapal militer di Laut Merah.
Pada Selasa 16 Januari 2024, militer AS mengatakan, pihaknya menyerang Yaman untuk menghancurkan empat rudal anti-kapal yang “siap diluncurkan dari wilayah yang dikuasai Houthi,”. Ini dianggap “menimbulkan ancaman besar bagi kapal dagang dan Angkatan Laut AS di wilayah tersebut.”
Setidaknya ini adalah ketiga kalinya dalam waktu kurang dari seminggu Amerika melancarkan serangan terhadap kelompok Houthi. Mereka telah berulang kali membidik kapal-kapal dagang di jalur pelayaran Laut Merah yang penting.
Bagi Houthi serangan-serangan itu ditujukan untuk mendukung rakyat Palestina di Gaza. Israel terus melakukan penyerangan di Gaza untuk hadapi kelompok pejuang Hamas.
| Baca: AS Berencana Masukkan Kembali Houthi ke Daftar Kelompok Teror Global. |
Militer AS juga mengatakan bahwa Houthi meluncurkan rudal balistik anti-kapal ke jalur pelayaran internasional pada Selasa, dan sebuah kapal kargo berbendera Malta melaporkan bahwa kapal tersebut terkena serangan tetapi masih layak berlayar.
Amerika Serikat dan Inggris menargetkan hampir 30 lokasi di Yaman dengan lebih dari 150 amunisi pekan lalu. Sementara pasukan Amerika kemudian menyerang situs radar Houthi dalam apa yang digambarkan sebagai “tindakan lanjutan” terkait serangan sebelumnya.
Negeri Paman Sam membentuk satuan tugas angkatan laut multinasional bulan lalu untuk melindungi pelayaran Laut Merah dari kelompok Houthi. Serangan dari Houthi dianggap membahayakan rute transit yang membawa hingga 12 persen perdagangan global.
Kelompok Houthi mengatakan, mereka telah menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel. Namun Washington mengatakan puluhan negara memiliki hubungan dengan kapal-kapal yang telah diserang.
Washington sebelumnya telah menetapkan kelompok Houthi sebagai kelompok teroris pada Januari 2021, di hari-hari terakhir pemerintahan Donald Trump. Tetapi langkah itu dibatalkan pada bulan berikutnya oleh Presiden Joe Biden.
Penunjukan awal ini menimbulkan kecaman dari mereka yang mengatakan hal itu akan mempersulit respons kemanusiaan di negara tersebut, yang dilanda perang saudara dan sebagian besar wilayah tersebut dikendalikan oleh Houthi.
Serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober, yang mengawali putaran pertempuran terbaru di Gaza, mengakibatkan sekitar 1.140 kematian, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Setidaknya 24.285 warga Palestina, sekitar 70 persen di antaranya perempuan dan anak-anak, telah tewas di Gaza akibat pemboman dan operasi darat Israel sejak saat itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News