Brussels: Uni Eropa pada Kamis, 1 Februari kemarin mengumumkan kesepakatan dengan suara bulat antara negara-negara anggota mengenai pengiriman bantuan keuangan untuk Ukraina. Mereka sepakat memberi bantuan sebesar 50 miliar euro (setara Rp855 triliun) ke negara yang sedang berperang dengan Ukraina itu.
Mereka akhirnya mengatasi penolakan dari Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban pada pertemuan puncak di Brussels.
“Kami sepakat. Bersatu,” kata Ketua Dewan Eropa Charles Michel di X.
“Ke-27 pemimpin menyepakati paket dukungan tambahan sebesar 50 miliar euro untuk Ukraina sesuai anggaran Uni Eropa. Hal ini menjamin pendanaan yang stabil, berjangka panjang, dan dapat diprediksi untuk Ukraina,” ucapnya.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal memuji kesepakatan yang dicapai oleh Uni Eropa untuk memasok Kyiv dengan bantuan sebesar 50 miliar euro yang awalnya diblokir oleh Hongaria.
“Setiap suara Anda merupakan kontribusi signifikan terhadap kemenangan bersama kita,” kata Shmygal dalam pesan di media sosial.
Ia berterima kasih kepada negara-negara anggota, seraya menambahkan bahwa perjanjian tersebut merupakan wujud “solidaritas” dan “persatuan” di blok beranggotakan 27 negara tersebut.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa penurunan jumlah bantuan dari Amerika Serikat (AS) ke negaranya dapat memberikan sinyal buruk. Penurunan bantuan ini terjadi di saat Presiden AS Joe Biden menghadapi blokade dari Partai Republik yang enggan menyetujui penyaluran bantuan lebih lanjut ke Ukraina.
Mengingat potensi berkurangnya bantuan AS, Zelensky mendesak Jerman untuk menggunakan kekuatan ekonominya untuk menggalang mitra-mitra Uni Eropa agar memberikan lebih banyak kepada Kyiv dalam perjuangannya melawan Rusia.
"Kepasifan AS atau kurangnya dukungan akan menjadi sinyal buruk," kata Zelensky kepada stasiun televisi nasional Jerman, ARD, dilansir dari AFP.
Dalam wawancara terpisah, Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak negara-negara Eropa untuk meningkatkan janji senjata mereka kepada Ukraina, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa bantuan dari AS, negara penyumbang terbesar, akan berakhir.
"Eropa harus berbuat lebih banyak untuk mendukung Ukraina dalam membela negaranya sendiri," tutur Scholz.
Ia menambahkan, kontribusi yang telah dialokasikan negara-negara Eropa untuk tahun 2024 sejauh ini "tidak cukup besar."
Mereka akhirnya mengatasi penolakan dari Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban pada pertemuan puncak di Brussels.
“Kami sepakat. Bersatu,” kata Ketua Dewan Eropa Charles Michel di X.
“Ke-27 pemimpin menyepakati paket dukungan tambahan sebesar 50 miliar euro untuk Ukraina sesuai anggaran Uni Eropa. Hal ini menjamin pendanaan yang stabil, berjangka panjang, dan dapat diprediksi untuk Ukraina,” ucapnya.
Baca: Direktur CIA: Menghentikan Bantuan ke Ukraina Kesalahan Bersejarah!. |
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmygal memuji kesepakatan yang dicapai oleh Uni Eropa untuk memasok Kyiv dengan bantuan sebesar 50 miliar euro yang awalnya diblokir oleh Hongaria.
“Setiap suara Anda merupakan kontribusi signifikan terhadap kemenangan bersama kita,” kata Shmygal dalam pesan di media sosial.
Ia berterima kasih kepada negara-negara anggota, seraya menambahkan bahwa perjanjian tersebut merupakan wujud “solidaritas” dan “persatuan” di blok beranggotakan 27 negara tersebut.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memperingatkan bahwa penurunan jumlah bantuan dari Amerika Serikat (AS) ke negaranya dapat memberikan sinyal buruk. Penurunan bantuan ini terjadi di saat Presiden AS Joe Biden menghadapi blokade dari Partai Republik yang enggan menyetujui penyaluran bantuan lebih lanjut ke Ukraina.
Mengingat potensi berkurangnya bantuan AS, Zelensky mendesak Jerman untuk menggunakan kekuatan ekonominya untuk menggalang mitra-mitra Uni Eropa agar memberikan lebih banyak kepada Kyiv dalam perjuangannya melawan Rusia.
"Kepasifan AS atau kurangnya dukungan akan menjadi sinyal buruk," kata Zelensky kepada stasiun televisi nasional Jerman, ARD, dilansir dari AFP.
Dalam wawancara terpisah, Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak negara-negara Eropa untuk meningkatkan janji senjata mereka kepada Ukraina, sehingga meningkatkan kekhawatiran bahwa bantuan dari AS, negara penyumbang terbesar, akan berakhir.
"Eropa harus berbuat lebih banyak untuk mendukung Ukraina dalam membela negaranya sendiri," tutur Scholz.
Ia menambahkan, kontribusi yang telah dialokasikan negara-negara Eropa untuk tahun 2024 sejauh ini "tidak cukup besar."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News