Dikutip dari DW, Minggu, 23 Januari 2022, Kemenlu Inggris menolak memberikan bukti konkret atas tuduhan tersebut.
Ketegangan saat ini dipicu penumpukan pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Amerika Serikat dan para sekutu Barat khawatir Rusia dapat sewaktu-waktu menginvasi Ukraina, walau Moskow berulang kali membantahnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pernyataan terbaru Kemenlu Inggris disampaikan usai pertemuan antara Menlu AS Antony Blinken dan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Jenewa. Pertemuan tersebut tidak menghasilkan terobosan apa pun.
Baca: AS dan Rusia Sepakat Teruskan Dialog Isu Ukraina
Menurut keterangan Kemenlu Inggris, pemerintah Rusia sedang mempertimbangkan mantan anggota parlemen Ukraina Yevheniv Murayev sebagai kandidat untuk memimpin pemerintah pro-Rusia di Kiev.
"Kami tidak akan membiarkan Kremlin menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina," tulis Menlu Inggris Liz Truss di Twitter.
"Kremlin tahu bahwa invasi militer akan menjadi sebuah kesalahan masif, dan Inggris beserta mitra kami akan memberlakukan harga mahal terhadap Rusia," sambungnya.
Empat nama politisi Ukraina disebutkan Kemenlu Inggris sebagai kandidat pemimpin pro-Rusia di Kiev. Salah satu dari mereka adalah mantan perdana menteri Mykola Azarov.
Seorang sumber dari Kemenlu Inggris mengatakan bahwa mengumbar data intelijen bukan praktik umum di London, namun pernah beberapa kali dilakukan. Dalam kasus ini, Inggris disebut berusaha mencegah Rusia agar tidak melancarkan agresi ke Ukraina.
Rusia membantah semua tuduhan Inggris, dan menyebutnya sebagai "misinformasi." Moskow meminta London untuk segera menarik pernyataannya.