Moskow: Perangkat keras militer buatan Amerika Serikat (AS) diduga digunakan oleh pejuang pro-Ukraina untuk melakukan serangan di wilayah Oblast Belgorod barat Rusia pada awal pekan ini. Menanggapi hal itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa ini merupakan bukti nyata keterlibatan Barat dalam konflik.
Dalam rekaman yang dirilis oleh kementerian pertahanan Rusia, terlihat beberapa kendaraan yang hancur merupakan perangkat keras militer buatan AS, seperti truk militer Humvee.
"Bukan rahasia lagi bagi kami bahwa semakin banyak peralatan yang dikirim ke angkatan bersenjata Ukraina," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya tentang penggunaan perangkat keras buatan Barat oleh para milisi Ukraina.
"Bukan rahasia lagi bahwa peralatan ini digunakan untuk melawan militer kita sendiri. Dan bukan rahasia lagi bagi kita bahwa keterlibatan langsung dan tidak langsung negara-negara Barat dalam konflik ini tumbuh dari hari ke hari. Kami menarik kesimpulan yang tepat,” sambungnya, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 26 Mei 2023.
Meski demikian, militer Rusia mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan militan yang menyerang wilayah perbatasan Rusia Belgorod dengan kendaraan lapis baja. Peristiwa penyerangan itu diketahui telah menewaskan lebih dari 70 "nasionalis Ukraina" dan mendorong sisanya kembali ke Ukraina.
Diketahui, pasukan Rusia telah menghancurkan empat kendaraan lapis baja dan lima truk pick-up untuk mengusir salah satu serangan terbesar Ukraina ke wilayah Rusia sejak invasi sekitar 15 bulan yang lalu.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan mengatakan dirinya "skeptis mengenai kebenaran laporan” yang menyatakan bahwa perangkat keras militer buatan AS digunakan dalam serangan itu.
"Sebagai prinsip yang lebih umum, kami tidak mendorong atau memungkinkan pemogokan di dalam Rusia dan kami telah menjelaskannya. Tetapi seperti yang telah kami katakan, Ukraina memiliki kebebasan untuk memutuskan bagaimana melakukan perang ini,” ujar Miller.
Terlebih, Ukraina juga telah membantah terlibat dan menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki hubungan dengan peristiwa yang terjadi di wilayah Belgorod barat Rusia.
Dalam rekaman yang dirilis oleh kementerian pertahanan Rusia, terlihat beberapa kendaraan yang hancur merupakan perangkat keras militer buatan AS, seperti truk militer Humvee.
"Bukan rahasia lagi bagi kami bahwa semakin banyak peralatan yang dikirim ke angkatan bersenjata Ukraina," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov ketika ditanya tentang penggunaan perangkat keras buatan Barat oleh para milisi Ukraina.
Baca: Rusia Hadapi Serangan Infiltrasi di Wilayahnya Sendiri. |
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Bukan rahasia lagi bahwa peralatan ini digunakan untuk melawan militer kita sendiri. Dan bukan rahasia lagi bagi kita bahwa keterlibatan langsung dan tidak langsung negara-negara Barat dalam konflik ini tumbuh dari hari ke hari. Kami menarik kesimpulan yang tepat,” sambungnya, dikutip dari Channel News Asia, Jumat, 26 Mei 2023.
Meski demikian, militer Rusia mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengalahkan militan yang menyerang wilayah perbatasan Rusia Belgorod dengan kendaraan lapis baja. Peristiwa penyerangan itu diketahui telah menewaskan lebih dari 70 "nasionalis Ukraina" dan mendorong sisanya kembali ke Ukraina.
Diketahui, pasukan Rusia telah menghancurkan empat kendaraan lapis baja dan lima truk pick-up untuk mengusir salah satu serangan terbesar Ukraina ke wilayah Rusia sejak invasi sekitar 15 bulan yang lalu.
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan mengatakan dirinya "skeptis mengenai kebenaran laporan” yang menyatakan bahwa perangkat keras militer buatan AS digunakan dalam serangan itu.
"Sebagai prinsip yang lebih umum, kami tidak mendorong atau memungkinkan pemogokan di dalam Rusia dan kami telah menjelaskannya. Tetapi seperti yang telah kami katakan, Ukraina memiliki kebebasan untuk memutuskan bagaimana melakukan perang ini,” ujar Miller.
Terlebih, Ukraina juga telah membantah terlibat dan menegaskan bahwa pihaknya tidak memiliki hubungan dengan peristiwa yang terjadi di wilayah Belgorod barat Rusia.
RVC bakal kembali menyerang
Sebelumnya, Korps Relawan Rusia (RVC) dan Legiun Kebebasan Rusia (LSR) mengaku bertanggung jawab atas serangan yang terjadi di wilayah Oblast Belgorod barat Rusia pada 22 Mei.
Komandan Korps Relawan Rusia (RVC) Denis Kapustin pun mengatakan bahwa kelompoknya akan segera meluncurkan lebih banyak serangan ke wilayah Rusia.
"Saya pikir Anda akan melihat kami lagi di sisi itu," kata Kapustin.
"Saya tidak bisa mengungkapkan hal-hal yang akan datang itu, saya bahkan tidak bisa mengungkapkan arahnya. Perbatasannya cukup panjang. Sekali lagi akan ada tempat di mana keadaan akan menjadi panas,” tambahnya.
Namun, Kapustin menolak untuk menjawab secara langsung ketika ditanya soal laporan media Barat yang menyatakan bahwa milisinya telah menggunakan peralatan militer AS.
"Saya tahu persis dari mana saya mendapatkan senjata saya. Sayangnya bukan dari mitra Barat," ungkapnya.
Dia juga mengatakan bahwa peralatan militer Barat telah diambil oleh Rusia dalam pertempuran di Bakhmut, Ukraina timur. Peralatan tersebut, kata dia, sebenarnya dapat dibeli di pasar gelap.
"Saya pikir saya sudah menjelaskan bahwa bantuan militer Barat telah digerebek. Di Bakhmut misalnya saya tahu bahwa banyak kendaraan lapis baja Amerika yang digerebek oleh pasukan Rusia," tuturnya.
Lebih lanjut, kata Kapustin, Ukraina hanya mendukung RVC dengan informasi, bensin, makanan dan obat-obatan. "Dan, tentu saja, militer Ukraina mengobati luka-luka kami. Namun, apa pun yang lebih dari ini akan membuat segalanya menjadi sulit,” lanjutnya.
"Setiap keputusan yang kita buat di luar perbatasan negara bagian adalah keputusan kita sendiri. Jelas kami dapat meminta rekan-rekan (Ukraina) kami untuk bantuan mereka dalam perencanaan," tuturnya.
Kepala RVC juga mengungkapkan bahwa kelompoknya terdiri dari warga negara Rusia yang berjuang untuk Ukraina serta melawan Presiden Vladimir Putin. Terlebih, kelompoknya tersebut pun disebut sebagai sayap kanan.
Namun, ketika ditanya apakah dia khawatir akan dicap Nazi oleh Rusia, Kapustin mengatakan bahwa dirinya "tidak peduli bagaimana musuh menghina kita.”
"Rencana masa depan kami adalah wilayah baru Federasi Rusia, yang pasti akan kami masuki. Anda harus sedikit sabar dan menunggu hanya beberapa hari," pungkas dia.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menegaskan bahwa Moskow akan menanggapi dengan cepat dan "sangat keras” terhadap semua serangan lintas batas yang akan terjadi. (Arfinna Erliencani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Komandan Korps Relawan Rusia (RVC) Denis Kapustin pun mengatakan bahwa kelompoknya akan segera meluncurkan lebih banyak serangan ke wilayah Rusia.
"Saya pikir Anda akan melihat kami lagi di sisi itu," kata Kapustin.
"Saya tidak bisa mengungkapkan hal-hal yang akan datang itu, saya bahkan tidak bisa mengungkapkan arahnya. Perbatasannya cukup panjang. Sekali lagi akan ada tempat di mana keadaan akan menjadi panas,” tambahnya.
Namun, Kapustin menolak untuk menjawab secara langsung ketika ditanya soal laporan media Barat yang menyatakan bahwa milisinya telah menggunakan peralatan militer AS.
"Saya tahu persis dari mana saya mendapatkan senjata saya. Sayangnya bukan dari mitra Barat," ungkapnya.
Dia juga mengatakan bahwa peralatan militer Barat telah diambil oleh Rusia dalam pertempuran di Bakhmut, Ukraina timur. Peralatan tersebut, kata dia, sebenarnya dapat dibeli di pasar gelap.
"Saya pikir saya sudah menjelaskan bahwa bantuan militer Barat telah digerebek. Di Bakhmut misalnya saya tahu bahwa banyak kendaraan lapis baja Amerika yang digerebek oleh pasukan Rusia," tuturnya.
Lebih lanjut, kata Kapustin, Ukraina hanya mendukung RVC dengan informasi, bensin, makanan dan obat-obatan. "Dan, tentu saja, militer Ukraina mengobati luka-luka kami. Namun, apa pun yang lebih dari ini akan membuat segalanya menjadi sulit,” lanjutnya.
"Setiap keputusan yang kita buat di luar perbatasan negara bagian adalah keputusan kita sendiri. Jelas kami dapat meminta rekan-rekan (Ukraina) kami untuk bantuan mereka dalam perencanaan," tuturnya.
Kepala RVC juga mengungkapkan bahwa kelompoknya terdiri dari warga negara Rusia yang berjuang untuk Ukraina serta melawan Presiden Vladimir Putin. Terlebih, kelompoknya tersebut pun disebut sebagai sayap kanan.
Namun, ketika ditanya apakah dia khawatir akan dicap Nazi oleh Rusia, Kapustin mengatakan bahwa dirinya "tidak peduli bagaimana musuh menghina kita.”
"Rencana masa depan kami adalah wilayah baru Federasi Rusia, yang pasti akan kami masuki. Anda harus sedikit sabar dan menunggu hanya beberapa hari," pungkas dia.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menegaskan bahwa Moskow akan menanggapi dengan cepat dan "sangat keras” terhadap semua serangan lintas batas yang akan terjadi. (Arfinna Erliencani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id