Austin memberikan penilaian yang lebih blak-blakan, dengan mengatakan, "Bersatu dengan Taiwan, tidak diragukan lagi, adalah tujuan Tiongkok. Dalam hal apa garis waktu atau kerangka waktu untuk itu, masih harus dilihat,” tegas Austin.
"Posisi kami adalah tetap berkomitmen untuk membantu pertahanan Taiwan dalam hal memberikan kemampuan bagi mereka untuk membela diri sesuai dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan dan Tiga Komunike dan Enam Jaminan,” jelasnya.
Rachel Esplin Odell, seorang peneliti di Program Asia Timur di Quincy Institute mengatakan, “komentar Milley pada dasarnya menegaskan kembali Kebijakan Satu China AS yang sudah berlangsung lama, yang mencakup pemahaman bahwa Amerika Serikat mendukung setiap resolusi damai dan tanpa paksaan dari perbedaan lintas-Selat."
"Namun, pernyataan kebijakan lama yang agak lebih akurat adalah bahwa perbedaan lintas-Selat tergantung pada Tiongkok dan Taiwan untuk diselesaikan secara damai melalui kesepakatan bersama," ucap Odell.
"Meskipun demikian, komentar Jenderal Milley, secara keseluruhan, merupakan koreksi yang disambut baik terhadap retorika berbahaya dari beberapa analis dan politisi di Washington yang menggambarkan Taiwan sebagai aset strategis bagi Amerika Serikat yang harus dipisahkan dari Tiongkok. Hal ini mendorong Jenderal Milley menyadari bahaya itu,”tegasnya.
Dalam sidang Maret di Komite Angkatan Bersenjata Senat, Laksamana Davidson telah ditanya tentang garis waktu potensi konflik di Selat Taiwan, mengingat gaya kepemimpinan agresif Presiden Tiongkok Xi Jinping.
"Saya pikir keprihatinan kami terwujud di sini selama dekade ini, tidak hanya pada pengembangan, jumlah kapal, pesawat terbang, roket, dan lain sebagainya yang mereka tempatkan di lapangan, tetapi cara mereka memajukannya. kemampuannya,” jawab Davidson saat itu.
"Saya khawatir mereka mempercepat ambisi mereka untuk menggantikan Amerika Serikat dan peran kepemimpinan kami dalam tatanan internasional berbasis aturan," katanya, seraya menambahkan bahwa Beijing telah lama mengatakan bahwa mereka ingin mengambil kepemimpinan global seperti itu pada 2050.