Gamelan jawa klasik, yang komposisinya disusun oleh Bapak Sisjugo T. Siswojo, menjadi pembuka penampilan Sang Bagaskara, Gending tradisional seperti Manyar Sewu, Puspowarno, Minggah Talu, Subokastowo Minggah Srepeg Songo, Bendrong, dan Udan Mas dimainkan secara apik dan memancing riuh tepuk tangan penonton di setiap akhir gending.
Di sesi kedua, Sang Bagaskara menampilkan hal berbeda. Para penonton diajak untuk menikmati gabungan antara komposisi tradisional dengan komposisi modern. ZYPCE, komposer ternama Argentina yang berkiprah di empat benua (Amerika, Eropa, Asia, dan Australia), menggandeng Sang Bagaskara untuk membuat komposisi tersebut. Keduanya menggabbungkan gamelan dengan lagu modern seperti We Will Rock You dari Queen, sehingga semakin menarik minat warga Argentina terhadap gamelan.
Giovannie, salah satu penonton, mengakui bahwa ia sangat menyukai ritme yang berbeda dari gamelan. "Semua koordinasi, instrumentasi, dan cara penyajian dari musiknya luar biasa," ucap dia, dalam keterangan tertulis KBRI Buenos Aires yang diterima Medcom.id, Minggu, 26 September 2021.
Sementara itu Alejandro mengagumi karakteristik penampilan Sang Bagaskara yang khas. "Musik yang ditampilkan memiliki nuansa berbeda karena mereka tidak berasal dari Argentina. Sungguh campuran antara musik tradisional dan band elektronik yang indah," ungkapnya.
Sang Bagaskara, kelompok gamelan binaan KBRI Buenos Aires yang beranggotakan warga Argentina, secara rutin menampilkan pertunjukan gamelan di Argentina. Sebagai sahabat Indonesia, grup gamelan ini turut mempromosikan seni dan budaya Indonesia ke masyarakat setempat. Mereka sudah mendalami gamelan selama satu dekade, sehingga mereka kerap diundang ke berbagai pentas seni di Argentina.
Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Niniek Kun Naryatie, mengaku merinding karena untuk pertama kalinya, gamelan Indonesia dimainkan di teater yang sangat prestisius.
Memang, CCK merupakan pusat budaya terbesar di Amerika Latin yang menjadi kebanggaan warga Argentina. Sebelum pandemi, pusat budaya ini dikunjungi hingga 10 ribu orang pada setiap harinya. Mereka datang untuk menyaksikan berbagai bentuk kesenian, mulai dari konser, teater, seni, lukisan, atau puisi.
"Saya berharap gamelan Indonesia bisa semakin diminati, tidak hanya musik klasiknya, tetapi juga hasil kolaborasi dengan musik-musik barat lainnya," pungkas Dubes Niniek.
Kolaborasi yang dilakukan di Festival Ruido 2021 menunjukkan gamelan sebagai musik yang dinamis dan bisa dipadukan dengan komposisi musik dari mana saja. Variasi nadanya yang kaya membuat gamelan menjadi warisan Indonesia yang dapat dibandingkan dengan orkes simfoni di dunia Barat.
Tahun lalu, Sang Bagaskara juga pernah menggaungkan gamelan di Plaza PBB, Buenos Aires. Saat itu adalah pertama kalinya gamelan ditampilkan di taman kota di Argentina. Pentas tersebut begitu bermakna karena taman itu merupakan simbol multikulturalisme di Argentina.
Baca: Gemerlap Lampu Merah Putih di Ikon Buenos Aires Meriahkan HUT ke-76 RI di Argentina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News