Dilansir dari Yahoo News, Jumat, 19 November 2021, harapan untuk meredakan krisis yang telah membuat ribuan orang berkemah dalam kondisi putus asa di perbatasan selama berminggu-minggu telah meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Peningkatan disebut terjadi setelah Kanselir Jerman, Angela Merkel berbicara dengan Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko sebanyak dua kali melalui telepon.
UE menuduh Belarusia melakukan rekayasa situasi di perbatasan, sebagai pembalasan atas sanksi terhadap negara bekas Soviet tersebut. Belarusia dan sekutu utamanya, Rusia telah menolak tuduhan dan mengkritik UE karena tidak menerima para migran yang ingin menyeberang.
Sekitar 2.000 orang, terutama etnis Kurdistan Irak dilaporkan terjebak dalam suhu beku di sebuah kamp di hutan dekat titik penyeberangan Brouzgui. Mereka berharap dapat memasuki negara anggota UE, Polandia.
Namun, pada Kamis, pasukan perbatasan Belarusia mengumumkan, kamp telah dibersihkan, dengan para penghuni dipindahkan “secara sukarela” ke pusat penerimaan terdekat. Di sana, mereka diberi makanan panas dan pakaian hangat.
Sejumlah potret kamp yang tampak terbengkalai pun dirilis. Pihak berwenang Polandia mengonfirmasi, kamp tersebut telah dikosongkan. Pemindahan dilakukan pada hari yang sama dengan penerbangan repatriasi pertama dari Belarusia, yang membawa 431 orang dan mendarat di Irak.
“Situasinya sangat buruk, kami harus makan rumput dan dedaunan dari pohon, dan dingin sekali,” kata seorang warga Arbil, Kurdistan Irak yang kembali kepada AFP.
Dalam tanda lain dari kondisi suram di perbatasan, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Polandia mengatakan, telah menemukan pasangan Suriah yang kehilangan anak mereka, berusia satu tahun saat tidur di hutan perbatasan selama sebulan.
Penerbangan itu terjadi sehari setelah panggilan kedua Merkel dan Lukashenko. Saat itu, untuk pertama kalinya pemimpin Belarus berbicara dengan seorang pemimpin Barat, sejak sengketa pemilihan presiden tahun lalu.
Pada Kamis, Juru Bicara Lukashenko, Natalya Eismont mengatakan, terdapat sekitar tujuh ribu migran di negara tersebut, termasuk mereka yang berada di perbatasan.
Eismont mengatakan, Belarusia akan bertanggung jawab terhadap kepulangan lima ribu migran, apabila mereka ingin pergi. Selain itu, terdapat dugaan Merkel akan bernegosiasi dengan UE guna menciptakan koridor kemanusiaan ke Jerman.
Namun, Jerman disebut membantah kesepakatan apa pun dengan Lukashenko terkait kemungkinan koridor semacam itu dengan mengatakan, pihaknya “mendukung” tetangganya, Polandia.
Sebelumnya, Perdana Menteri Polandia, Mateusz Morawiecki telah memperingatkan, untuk tidak mengadakan pembicaraan langsung dengan Belarusia. Morawiecki mengatakan, itu akan melegitimasi rezim Lukashenko.
Pemerintah Polandia telah memperingatkan terhadap kesepakatan apa pun tentang krisis yang mungkin terjadi “di atas kepala kita”. Negara maju di Eropa Tengah tersebut menegaskan, apabila krisis tidak diselesaikan pada Minggu, mereka akan menghentikan lalu lintas kereta api dengan Belarusia.
Pada Kamis, UE dan Amerika Serikat (AS) diketahui juga mengeluarkan peringatan baru. UE dan menteri luar negeri dari kekuatan global Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan AS (G7) meminta rezim Lukashenko “untuk segera menghentikan kampanye agresif dan eksploitatifnya”.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan kepada wartawan dalam kunjungannya ke Nigeria, AS dapat menambah sanksi yang telah dijatuhkan pada negara itu.
“Upaya untuk mempersenjatai migrasi ini harus dihentikan,” ujar Blinken.
“Pertama dan terpenting, itu melakukan ketidakadilan yang mengerikan kepada orang-orang ini yang telah menjadi korban dengan menjadikan mereka pion,” pungkas Blinken. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News