Temuan komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) ini mengindikasikan bahwa Putin sudah mengetahui situasi terkini, sehingga ada ketegangan di antara dirinya dan jajaran penasihat senior.
"AS meyakini Putin tidak hanya menerima informasi keliru mengenai performa militer, tapi juga seputar perekonomian Rusia yang lumpuh akibat sanksi," kata Direktur Komunikasi Gedung Putih Kate Bedingfield di Washington DC, dikutip dari East Bay Times, Rabu, 30 Maret 2022.
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden sempat mengatakan kepada awak medianya bahwa dirinya tidak dapat berkomentar mengenai data intelijen.
Seorang pejabat AS yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa Negeri Paman Sam berharap temuan intelijen ini dapat mendorong Putin untuk mempertimbangkan kembali opsi-opsinya di Ukraina.
Selama ini, AS dan para sekutunya berulang kali menyebutkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari lalu tidak berjalan sesuai rencana. Rusia disebut hendak melancarkan operasi cepat kala itu, namun tersendat karena sengitnya perlawanan dari pasukan Ukraina.
Inggris beberapa kali mengatakan bahwa moral sebagian prajurit Rusia menurun akibat buruknya performa di Ukraina, yang juga terindikasi dari tewasnya sejumlah jenderal Negeri Beruang Merah di medan peperangan.
"(Invasi ke Ukraina) ini merupakan sebuah bluder strategis bagi Rusia," tutur Bedingfield mengenai temuan komunitas intelijen AS.
Sementara itu, Biden mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui sambungan telepon bahwa AS akan menambah dana bantuan untuk Kiev sebesar USD500 juta atau setara Rp7 triliun.
Baca: AS Janjikan Tambahan Rp7 Triliun untuk Dana Bantuan Ukraina
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News