Presiden AS Donald Trump didesak serahkan data Covid-19 ke tim Joe Biden. Foto: AFP
Presiden AS Donald Trump didesak serahkan data Covid-19 ke tim Joe Biden. Foto: AFP

Dokter dan Perawat Desak Trump Bagi Data Covid-19 ke Joe Biden

Fajar Nugraha • 18 November 2020 17:06
Washington: Para dokter dan perawat Amerika Serikat (AS), dalam sebuah surat yang diterbitkan pada Selasa 17 November, mendesak pemerintahan Donald Trump untuk membagikan data penting covid-19 dengan tim transisi Presiden terpilih Joe Biden. Hal itu diperlukan  untuk menghindari penundaan yang tidak perlu dalam menangani pandemi ketika negara bagian menindak infeksi yang meroket.
 
Anggota beberapa asosiasi medis mengajukan permohonan kerja sama sehari setelah Biden memperingatkan bahwa "lebih banyak orang mungkin mati" jika Presiden Donald Trump terus memblokir transisi yang mulus setelah kekalahannya dalam Pemilihan Presiden 3 November.
 
Pejabat kesehatan telah memperingatkan bahwa musim dingin dapat mengantarkan gelombang baru kematian covid-19 dengan penyebaran komunitas yang mengamuk di seluruh negeri dan rawat inap pada tingkat rekor.

"Data dan informasi terkini tentang pasokan terapeutik, persediaan pengujian, alat pelindung diri, ventilator, kapasitas tempat tidur rumah sakit dan ketersediaan tenaga kerja untuk merencanakan penyebaran lebih lanjut aset negara perlu dibagikan untuk menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya," kata surat itu yang ditandatangani oleh pimpinan American Medical Association, American Nurses Association dan American Hospitals Association, seperti dikutip AFP, Rabu 18 November 2020.
 
Laju infeksi baru yang melonjak pada musim gugur ini, telah mendorong pejabat kesehatan untuk menyuarakan kewaspadaan. Pejabat pemerintah di setidaknya 15 negara bagian mengeluarkan mandat baru kesehatan masyarakat.
 
Sebanyak 41 negara bagian AS telah melaporkan rekor peningkatan kasus covid-19 pada November, 20 telah mengalami peningkatan kematian dan 26 rekor rawat inap yang dilaporkan.
 
Sementara dua puluh lima negara bagian melaporkan tingkat positif tes di atas 10 persen untuk pekan yang berakhir pada Minggu, 15 November. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganggap tingkat positif di atas lima persen menjadi mengkhawatirkan.
 
Ohio dan Maryland pada hari Selasa menjadi negara bagian terbaru yang mengumumkan jam malam yang bertujuan untuk mengurangi penyebaran virus musim dingin ini. Sementara prospek vaksin yang tersedia secara luas masih beberapa bulan lagi.
 
Gubernur Ohio Mike DeWine mengumumkan jam malam baru untuk bisnis yang akan menutup mereka dari jam 10.00 malam hingga jam 5.00 pagi waktu setempat, selama 21 hari mulai Kamis 19 November 2020. Gubernur Maryland Larry Hogan mengeluarkan perintah mulai Jumat yang mengharuskan restoran dan bar tutup pada pukul 10.00 malam dan membatasi bisnis dan organisasi hingga kapasitas 50 persen.
 
"Kami sedang dalam perang sekarang dan virusnya menang," kata Hogan kepada wartawan.
 

 
Amerika Serikat melewati 11 juta total infeksi pada Minggu, hanya delapan hari setelah mencapai angka 10 juta.
 
Jumlah pasien virus korona yang dirawat di rumah sakit di Amerika Serikat mencapai rekor 73.140 pada Senin dan rawat inap telah meningkat lebih dari 46 persen dalam 14 hari terakhir.
 
Beberapa pejabat negara juga telah mengimbau warga untuk berhati-hati di sekitar hari raya Thanksgiving dan tidak bepergian atau bersosialisasi dengan keluarga besar untuk pesta tradisional dalam ruangan.
 
Gubernur tujuh negara bagian midwestern, Minnesota, Michigan, Illinois, Ohio, Indiana, Kentucky dan Wisconsin, mengeluarkan pernyataan yang mendesak warga untuk mengikuti panduan ahli medis untuk tidak merayakan Thanksgiving dengan orang-orang di luar rumah tangga mereka.
 
Midwest tetap menjadi wilayah AS yang paling terpukul. Wilayah ini melaporkan 444.677 kasus dalam sepekan yang berakhir pada 16 November, 36 persen lebih banyak dari kasus gabungan di wilayah Timur Laut dan Barat.
 
"Kami memahami bahwa perjuangan kami melawan covid-19 akan lebih efektif jika kami bekerja sama," kata gubernur di wilayah Midwest dalam pernyataan itu.
 
Wali Kota New Orleans LaToya Cantrell bahkan lebih memandang ke depan dalam peringatan liburannya. Mengumumkan pada hari Selasa bahwa parade kota Mardi Gras akan dibatalkan pada Februari.
 
"Para ahli memperkirakan 'lonjakan musim dingin' dalam kasus musim dingin ini di bulan Desember dan Januari,  tepat ketika kalender karnaval kami bergulir," kata Cantrell di situs web kota itu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan