Selama akhir pekan, warga sipil dievakuasi dari daerah-daerah garis depan. Ukraina mengatakan, dua tentaranya tewas dalam serangan. Ini merupakan korban tewas pertama dalam ketegangan yang berlangsung lebih dari sebulan itu.
Kremlin menegaskan pihaknya tidak memiliki rencana penyerangan. Namun, mereka melakukan uji tembak rudal berkemampuan nuklir pada Sabtu lalu yang semakin meningkatkan ketegangan.
"Setiap indikasi menunjukkan bahwa Rusia merencanakan serangan penuh terhadap Ukraina," kata kepala NATO, Jens Stoltenberg, dilansir dari AFP.
Pada Sabtu kemarin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbicara pada Macron. Ia mengatakan tidak akan menanggapi provokasi Rusia.
Baca juga: NATO: Semua Pertanda Merujuk pada Invasi Rusia Berskala Penuh ke Ukraina
Namun dalam pidatonya di Konferensi Keamanan Munich, dia juga mengutuk “kebijakan peredaan” terhadap Moskow.
"Selama delapan tahun, Ukraina telah menahan salah satu tentara terbesar di dunia," katanya.
Dia menyerukan 'kerangka waktu yang jelas dan layak' bagi Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS) — sesuatu yang dikatakan Moskow sebagai garis merah untuk keamanannya.
Sementara itu, pejabat negara Barat di Munich memperingatkan sanksi besar jika Rusia menyerang. Wakil Presiden AS Kalama Harris menuturkan, ini hanya akan membuat NATO memperkuat 'sisi timurnya'.
Amerika Serikat bersikeras bahwa, dengan sekitar 150.000 tentara Rusia di perbatasan Ukraina - sebanyak 190.000, ketika termasuk pasukan separatis yang didukung Rusia di timur - Moskow telah memutuskan untuk menyerang.
Rusia dalam beberapa hari terakhir mengumumkan serangkaian penarikan pasukannya dari dekat Ukraina, dengan mengatakan mereka mengambil bagian dalam latihan militer reguler.
Sekitar 30.000 tentara Rusia berada di Belarus untuk latihan yang akan berakhir pada Minggu. Setelah itu, Moskow mengatakan pasukan ini akan kembali ke barak, tetapi intelijen AS khawatir mereka dapat mengambil bagian dalam invasi ke Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News