Ketegangan terus meningkat di Peru sejak Senin kemarin, di saat para sopir truk menyerukan unjuk rasa. Demonstrasi masif pun terjadi di Lima, Ica dan beberapa kota lainnya terkait kecaman atas meningkatnya harga berbagai kebutuhan pokok, termasuk BBM.
Dilansir dari TRT World, Minggu, 10 April 2022, ini merupakan kali pertama Castillo menghadapi unjuk rasa berskala masif sejak dirinya berkuasa delapan bulan lalu.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Mantan guru berusia 52 tahun itu merespons unjuk rasa dengan menyerukan aturan jam malam di Lima dan kota Callao. Namun langkah tersebut memicu kemarahan publik dan tekanan dari kubu oposisi yang mendominasi Kongres Peru.
Alhasil, Castillo pun mencabut aturan jam malam itu pada Selasa petang.
Sembari mengibarkan bendera nasional dan spanduk bertuliskan, "mundur Castillo korup" dan "keluar Castillo keluar," para pengunjuk rasa pada Sabtu kemarin juga memukul-mukul panci dan wajan saat beraksi di wilayah Plaza San Martin, Lima.
Kepolisian Lima merespons protes dengan mengerahkan 3 ribu petugas antihuru-hara, dengan tugas utama menjaga tempat-tempat publik dan pusat perbelanjaan.
"Presiden harus meninggalkan negara ini karena ada terlalu banyak korupsi. Dia tidak kompeten, dan hanya akan membawa kita menuju kehancuran," ucap seorang staf perusahaan asuransi, Ursula Portocarrero, kepada kantor berita AFP.
"Kami ingin dia mundur dan mendorong munculnya tokoh yang dapat benar-benar memajukan Peru," sebut Tula Casado, warga Peru berusia 58 tahun, kepada AFP. Unjuk rasa serupa terjadi di kota Trujillo.
Sebelumnya, bentrokan dengan petugas keamanan sempat terjadi dalam aksi protes beberapa hari lalu di Lima. Bentrokan dipicu aksi sebagian demonstran yang merusak beberapa bangunan serta pertokoan.
Menurut survei Ipsos bulan lalu, tingkat ketidakpuasan warga Peru terhadap Castillo telah mencapai 66 persen.
Baca: Presiden Peru Pedro Castillo Selamat dari Pemakzulan Kedua