Armenia dan Azerbaijan kembali sepakati gencatan senjata untuk bentrokan terbaru./AFP
Armenia dan Azerbaijan kembali sepakati gencatan senjata untuk bentrokan terbaru./AFP

Armenia-Azerbaijan Sepakati Gencatan Senjata, Bentrokan Terbaru Tewaskan 155 Orang

Marcheilla Ariesta • 15 September 2022 14:30
Yerevan: Armenia dan Azerbaijan merundingkan gencatan senjata untuk mengakhiri pertempuran terbaru. Akibat pertempuran ini, sebanyak 155 tentara dari kedua belah pihak jadi korban tewas.
 
Armen Grigoryan, sekretaris Dewan Keamanan Armenia, mengumumkan gencatan senjata dalam pidato yang disiarkan televisi. Ia mengatakan, gencatan senjata itu berlaku beberapa jam sebelumnya, pada Rabu pukul 20.00 waktu setempat.
 
Beberapa jam sebelum pengumuman Grigoryan, Kementerian Pertahanan Armenia melaporkan bahwa penembakan telah berhenti tetapi tidak menyebutkan kesepakatan gencatan senjata.

Tidak ada komentar langsung dari pemerintah Azerbaijan, menurut laporan France24, Kamis, 15 September 2022.
 
Deklarasi gencatan senjata itu menyusul dua hari pertempuran sengit yang menandai pecahnya permusuhan terbesar antara dua musuh lama dalam hampir dua tahun.
 
Rabu malam, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di ibukota Armenia menuduh Perdana Menteri Nikol Pashinyan mengkhianati negaranya dengan mencoba menenangkan Azerbaijan dan menuntut pengunduran dirinya.
 
Armenia dan Azerbaijan saling menyalahkan atas permusuhan tersebut, dengan otoritas Armenia menuduh Baku melakukan agresi tanpa alasan dan pejabat Azerbaijan mengatakan negara mereka menanggapi penembakan Armenia.
 
Pashinyan mengatakan 105 tentara negaranya telah tewas sejak pertempuran meletus Selasa pagi, sementara Azerbaijan mengatakan kehilangan 50. Pihak berwenang Azerbaijan mengatakan mereka siap untuk secara sepihak menyerahkan mayat hingga 100 tentara Armenia.
 
Konflik Nagorno-Karabakh
 
Negara-negara bekas Soviet telah terkunci dalam konflik puluhan tahun atas Nagorno-Karabakh, yang merupakan bagian dari Azerbaijan tetapi telah berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia yang didukung oleh Armenia sejak perang separatis di sana berakhir pada tahun 1994.
 
Selama perang enam minggu pada tahun 2020, Azerbaijan merebut kembali petak luas Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya yang dikuasai oleh pasukan Armenia.
 
Lebih dari 6.700 orang tewas dalam pertempuran itu, yang berakhir dengan kesepakatan damai yang ditengahi Rusia. Moskow mengerahkan sekitar 2.000 tentara ke wilayah itu untuk melayani sebagai penjaga perdamaian di bawah kesepakatan itu.
 
Pashinyan mengatakan, pasukan Azerbaijan telah menduduki 10 kilometer persegi wilayah Armenia sejak pertempuran dimulai.
 
Kepada anggota parlemen, ia mengatakan, pemerintahnya telah meminta Rusia untuk dukungan militer di bawah perjanjian persahabatan antara negara-negara, dan juga meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO).
 
“Sekutu kami adalah Rusia dan CSTO,” kata Pashinyan. Ia menambahkan bahwa pakta keamanan kolektif menyatakan bahwa agresi terhadap satu anggota adalah agresi terhadap semua.
 
“Kami tidak melihat intervensi militer sebagai satu-satunya kemungkinan, karena ada juga pilihan politik dan diplomatik,” imbuhnya saat berbicara di parlemen negaranya.
 
Dia mengatakan, Armenia siap untuk mengakui integritas teritorial Azerbaijan dalam perjanjian damai di masa depan, asalkan mereka melepaskan kendali atas wilayah-wilayah di Armenia yang telah direbut pasukannya.
 
“Kami ingin menandatangani sebuah dokumen, di mana banyak orang akan mengkritik dan mencela kami dan menyebut kami pengkhianat, dan mereka bahkan mungkin memutuskan untuk memecat kami dari jabatan, tetapi kami akan berterima kasih jika Armenia mendapatkan perdamaian dan keamanan abadi sebagai hasil dari itu,” kata Pashinyan.
 
Beberapa pihak oposisi melihat pernyataan itu sebagai tanda kesiapan Pashinyan untuk menyerah pada tuntutan Azerbaijan, dan mengakui kedaulatan Azerbaijan atas Nagorno-Karabakh.
 
Ribuan pengunjuk rasa yang marah dengan cepat turun ke markas pemerintah, menuduh Pashinyan melakukan pengkhianatan dan menuntut dia mundur.
 
Pashinyan dengan marah membantah laporan yang menuduh bahwa dia telah menandatangani kesepakatan yang menerima tuntutan Azerbaijan sebagai 'serangan informasi'. Sementara itu, Grigoryan mengecam protes di Yerevan, dan menggambarkan mereka sebagai upaya untuk menghancurkan negara.
 
Baca juga: Azerbaijan Akui Posisi Mereka Ditembaki Armenia Secara Berkala
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan