Dalam sebuah video yang direkam di luar koloni tempat Navalny meninggal pada hari Jumat, sang ibu mengaku telah mencoba menemui jasad anaknya selama lima hari, tapi ia bahkan tidak tahu di mana dia berada.
Istri Navalny, Yulia, mendesak pihak berwenang Rusia untuk tidak menghentikan orang-orang yang dicintai Navalny untuk mengucapkan selamat tinggal. Keluarga telah diberitahu bahwa jenazahnya tidak akan dibebaskan selama dua minggu.
Ibunya diberi tahu bahwa jenazah Navalny tersebut ditahan untuk "analisis kimia," kata seorang perwakilan Navalny.
Belum ada konfirmasi mengenai keberadaan jenazah tersebut dari pihak berwenang Rusia, sementara upaya menemukannya telah berulang kali dihentikan.
Yulia Navalnaya menuduh jenazah suaminya disimpan sampai bekas keracunan racun saraf Novichok-nya hilang. Navalny selamat dari upaya pembunuhan dengan menggunakan racun di tahun 2020.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut tuduhan itu "tidak berdasar dan vulgar," namun menambahkan bahwa sejak Yulia baru saja menjanda beberapa hari lalu, ia tidak akan berkomentar lebih lanjut.
Ibu Navalny mengajukan permohonan langsung kepada Presiden Putin di luar koloni hukuman Siberia yang dikenal sebagai Serigala Kutub, tempat kematiannya diumumkan pada 16 Februari.
"Saya tidak bisa menemuinya selama lima hari, mereka menolak memberikan jenazahnya kepada saya, dan mereka bahkan tidak memberitahukan di mana dia berada," katanya, seperti dikutip dari BBC, Rabu, 21 Februari 2024.
'Rusia yang Bebas'
"Aku bertanya padamu, Vladimir Putin - semuanya tergantung padamu sendiri. Biarkan aku akhirnya melihat putraku. Aku menuntut agar jenazah Alexei segera dibebaskan agar aku bisa memberinya penguburan yang layak," sambung ibu Navalny.Kata-katanya digaungkan dalam unggahan bernada keras di media sosial X oleh menantu perempuannya.
"Saya tidak peduli bagaimana sekretaris pers si pembunuh mengomentari kata-kata saya," ucapnya, mengacu pada Peskov. Yulia secara langsung menuduh Putin membunuh telah membunuh suaminya.
"Kembalikan jenazah Alexei dan biarkan dia dimakamkan secara bermartabat, jangan menghalangi orang untuk mengucapkan selamat tinggal," tegasnya.
Pernyataan Yulia disampaikan menyusul pidatonya di Uni Eropa dan Konferensi Keamanan Munich, dan video emosional yang dirilis pada Senin lalu di mana ia bersumpah untuk melanjutkan upaya suaminya dalam memperjuangkan "Rusia yang bebas."
Keesokan harinya, akun X yang baru dibuat Yulia sempat ditangguhkan. Perusahaan mengatakan pemblokirannya merupakan kekeliruan karena kesalahan sistem.
Yulia juga mengatakan kepada para pemimpin Uni Eropa pada Senin lalu untuk tidak mengakui pemilu presiden Rusia pada 16 Maret mendatang.
Baca juga: Lebih dari 300 Orang Ditahan di Memorial untuk Alexei Navalny
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News