Warga berjalan melewati mural Julian Assange di Melbourne, Australia, 20 Juni 2022. (William WEST / AFP)
Warga berjalan melewati mural Julian Assange di Melbourne, Australia, 20 Juni 2022. (William WEST / AFP)

Julian Assange Lakukan Upaya Terakhir untuk Cegah Ekstradisi AS

Medcom • 20 Februari 2024 14:30
London: Pendiri situs WikiLeaks, Julian Assange, memulai upaya terakhirnya untuk menghentikan proses ekstradisi dirinya dari Inggris ke Amerika Serikat pada hari Selasa, 20 Februari 2024, setelah lebih dari 13 tahun berjuang melawan pihak berwenang di pengadilan Inggris.
 
Jaksa penuntut AS berusaha mengadili Assange, 52 tahun, atas 18 tuduhan terkait pembocoran rahasia militer dan kabel diplomatik Washington oleh WikiLeaks.
 
Mereka berpendapat bahwa pembocoran tersebut membahayakan nyawa para agen Negeri Paman Sam. Banyak pendukung Assange memuji dan menyebutnya sebagai pahlawan anti-kemapanan dan seorang jurnalis, yang dianiaya karena membeberkan kesalahan AS.

Pertarungan hukum Assange dimulai pada 2010, dan ia kemudian menghabiskan tujuh tahun bersembunyi di kedutaan besar Ekuador di London sebelum akhirnya ditangkap dan dipenjara pada 2019 karena melanggar ketentuan jaminan. Sejak saat itu, Assange ditahan di penjara dengan keamanan maksimum di London tenggara, dan menikah dengan kekasihnya di sana.
 
Inggris akhirnya menyetujui permohonan ekstradisi ke AS pada 2022, walau hakim sempat menghalangi atas dasar kekhawatiran kesehatan mental yang dapat berisiko bunuh diri.

Pertarungan 13 Tahun

Pengacara Assange akan mencoba untuk membatalkan persetujuan tersebut pada sidang dua hari di Pengadilan Tinggi London, yang bisa jadi merupakan kesempatan terakhirnya untuk menghentikan ekstradisi dari Inggris. Istri Assange, Stella, pekan lalu menggambarkan ekstradisi ini sebagai masalah hidup dan mati.
 
Tim pengacara akan berargumen bahwa penuntutan Assange bermotif politik dan menandai serangan yang tidak dapat dibenarkan terhadap kebebasan berbicara, karena ini adalah pertama kalinya seorang penerbit didakwa di bawah Undang-Undang Spionase AS.
 
Para pendukung Assange, termasuk Amnesty International, Reporters Without Borders, organisasi-organisasi media yang bekerja sama dengan WikiLeaks dan para politisi Australia, termasuk Perdana Menteri Anthony Albanese, memberikan dukungan. Albanese mendukung mosi yang menyerukan agar Assange dikembalikan ke Australia.

'Dia akan mati'

Jika Assange memenangkan izin dalam kasus terakhir, sidang banding penuh akan diadakan untuk mempertimbangkan kembali tantangannya. Jika Assange kalah, satu-satunya pilihan tersisa adalah di Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR), di mana ia telah mengajukan banding sambil menunggu keputusan Inggris.
 
Berbicara pekan lalu, Stella Assange mengatakan bahwa mereka akan mengajukan permohonan ke ECHR untuk mendapatkan perintah darurat jika diperlukan. Ia mengatakan suaminya tidak akan bisa bertahan hidup jika diekstradisi.
 
"Kesehatannya menurun, baik secara fisik maupun mental," katanya. 
 
"Nyawanya terancam setiap hari dia tinggal di penjara - dan jika dia diekstradisi, dia akan mati," ungkap Stella.
 
Saudara laki-laki Assange, Gabriel Shipton, membandingkan pendiri WikiLeaks ini dengan Alexei Navalny, aktivis oposisi Rusia yang meninggal di penjara pada Jumat lalu ketika menjalani hukuman selama tiga dekade.
 
"Saya tahu persis bagaimana rasanya memiliki orang yang dicintai yang dipenjara secara tidak adil tanpa harapan," ucapnya kepada media BBC. 
 
"Untuk membuat mereka meninggal dunia, itulah yang kami takuti: bahwa Julian akan hilang dari kami, hilang dari sistem penjara AS, atau bahkan meninggal di penjara di Inggris," sambung Shipton.
 
WikiLeaks pertama kali menjadi terkenal pada 2010 ketika mempublikasikan video militer AS yang menunjukkan serangan helikopter Apache di Baghdad pada 2007 yang menewaskan puluhan orang, termasuk dua staf kantor berita Reuters.
 
WikiLeaks kemudian merilis ribuan file rahasia rahasia dan kabel diplomatik yang membeberkan penilaian AS yang sering kali sangat kritis terhadap para pemimpin dunia. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
 
Baca juga:  Tiongkok Sebut Kasus Assange Refleksikan Kemunafikan AS dan Inggris
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan