Kerumunan besar jamaah yang gembira berduyun-duyun mendatangi Mausoleum John Garang di ibu kota Juba untuk melihat Fransiskus, yang menjadikan perdamaian dan rekonsiliasi sebagai tema perjalanan tiga harinya ke negara yang dilanda masalah akut di bidang keamanan dan kemiskinan.
"Mari kita letakkan senjata kebencian dan balas dendam. Mari kita sudahi ketidaksukaan dan kebencian lama yang telah menjadi kronis dan berisiko pada bentrokan antar suku dan etnis," ungkap Fransiskus, dikutip dari laman Guardian.ng.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Masyarakat melambaikan bendera nasional mereka dan menyanyikan "Selamat datang bapa suci di Sudan Selatan" saat pria asal Argentina itu bergerak di antara kerumunan dengan menggunakan kendaraan popemobile. Dalam kesempatan itu, Fransiskus menyampaikan misa kepada sekitar 70.000 orang.
Fransiskus melakukan kunjungan kepausan pertama ke Sudan Selatan, negara mayoritas Kristen yang mendapat kemerdekaan dari Sudan di tahun 2011. Sejak menjadi negara independen, Sudan Selatan dilanda perang saudara yang menewaskan hampir 400.000 orang.
Terlepas dari kesepakatan damai yang ditandatangani pada 2018 antara Presiden Salva Kiir dan wakilnya Riek Machar, banyak dari persyaratannya kedua kubu tidak terpenuhi, dan kekerasan pun terus mengguncang negara. Kondisi ini membuat banyak warga SUdan Selatan terpaksa kabur dari rumah mereka ke kamp-kamp pengungsian.
Menggunakan kursi roda, Fransiskus mendapat sambutan hangat di Sudan Selatan sebagai sosok yang dipandang mencoba mendatangkan perdamaian di tengah perang saudara.
"Saya datang untuk melihat paus membawa perubahan bagi negara. Selama bertahun-tahun kami terus berperang. Kami butuh perdamaian. Kami ingin paus berdoa untuk kami," kata seorang warga bernama James Agiu.
Ia termasuk di antara banyak warga Sudan Selatan yang rela menginap demi bisa bergabung dalam misa Fransiskus di mausoleum John Garang.
"Saya datang sejak tadi malam. Saya sudah menunggu di sini. Sepanjang malam, duduk dan menunggu," tutur Agiu sambil tertawa.
Sabtu kemarin, Fransiskus telah bertemu para korban perang saudara yang dibawa ke Juba dari berbagai kamp pengungsian. Ia mendesak pemerintah untuk melanjutkan proses perdamaian dan memulihkan "martabat" jutaan warga yang terkena dampak konflik.
Dengan 2,2 juta pengungsi internal (IDP), dan dua juta lainnya di luar negeri, Sudan Selatan menjadi saksi krisis pengungsi terburuk di Afrika.
Baca juga: Pertarungan Antar Etnis Tewaskan 56 Orang di Sudan Selatan
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id