COVAX adalah pemasok utama dosis ke lusinan negara miskin, tetapi bukan satu-satunya. Beberapa negara membeli dosis sendiri atau menggunakan program pengadaan vaksin regional lainnya.
Pasokan ke negara-negara miskin telah lama sangat terbatas karena kurangnya vaksin, karena negara-negara kaya mendapatkan sebagian besar dosis yang awalnya tersedia mulai Desember 2020.
Namun pada kuartal terakhir, pengiriman telah meningkat secara eksponensial berkat sumbangan dari negara-negara kaya yang telah memvaksinasi sebagian besar populasi mereka.
Angka WHO menunjukkan, pada Januari, 67 persen populasi di negara-negara kaya telah divaksinasi lengkap. Sedangkan hanya 8 persen di negara-negara miskin yang telah menerima dosis pertama mereka.
Kecepatan pasokan yang lebih cepat membuat banyak negara penerima tidak siap. “Kami memiliki negara-negara yang mendorong dosis yang saat ini tersedia menuju kuartal kedua tahun 2022," kata Kadilli.
Dari 15 juta dosis dari Uni Eropa (UE) yang telah ditolak, tiga perempatnya adalah suntikan AstraZeneca dengan masa simpan kurang dari 10 minggu setelah kedatangan.
Negara-negara kaya yang menyumbangkan vaksin dengan umur simpan yang relatif pendek telah menjadi "masalah besar" bagi COVAX. Ini dikarenakan banyak dosis yang terbuang percuma. Pada Desember hingga 1 juta vaksin diperkirakan telah kedaluwarsa di Nigeria pada bulan November tanpa digunakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News