Aliansi Fidesz-KDNP yang dipimpin Orban menang dalam pemilihan umum Hongaria pada 3 April lalu dengan raihan 54 persen suara.
Ini merupakan keempat kalinya Orban menjadi PM Hongaria sejak 2010. Sementara sebelum itu, ia pernah menjadi orang nomor satu di Hongaria dalam periode 1998 hingga 2002.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam pidatonya, Orban memperingatkan masyarakat Hongaria mengenai masa-masa sulit ke depan. Ia menyebut dekade yang dimulai dari 2020 telah diawali dengan pandemi Covid-19 dan diikuti konflik Rusia-Ukraina.
"Perang dan sanksi-sanksi Eropa menciptakan sebuah krisis energi. Hal ini dan juga lonjakan suku bunga telah memicu inflasi tinggi, yang pada akhirnya akan mendatangkan resesi dan kemerosotan ekonomi," ungkap Orban, dikutip dari Xinhua, Selasa, 17 Mei 2022.
Ia kembali menentang kebijakan penjatuhan sanksi Uni Eropa. Menurutnya, sanksi-sanksi yang dijatuhkan UE kepada Rusia atas invasi ke Ukraina sama sekali tidak mencapai hasil yang diharapkan.
Orban menegaskan meski dirinya tidak ikut menjatuhkan sanksi kepada Rusia, namun Hongaria tetap berkomitmen membantu masyarakat Ukraina.
Baca: Pakar Hongaria Sebut Sanksi Bukan Solusi Krisis Ukraina
Sementara mengenai Uni Eropa, Orban menilai blok tersebut sudah tidak lagi menjalankan fungsinya dengan baik di kawasan Eropa.
"Brussels terus menyalahgunakan wewenang mereka setiap hari dan memaksakan hal-hal tertentu yang buruk bagi kita semua," sebut Orban. Brussels merujuk pada kota di Belgia yang merupakan markas Uni Eropa.
"Kendati begitu, kami tetap bertahan berada di dalam UE," sambungnya. Hongaria telah menjadi anggota Uni Eropa sejak 2004.