Dalam keterangan di situs Xinhua, Sabtu, 23 April 2022, Moldicz menjelaskan bahwa sanksi saja tidak akan membantu, kecuali jika dibarengi dengan negosiasi.
"Konflik di Ukraina masih berlangsung, dan Rusia masih memiliki ruang untuk bermanuver, bahkan jika UE lebih banyak menjatuhkan sanksi," ucap Moldicz.
"Faktatnya, hanya sebagian wilayah dunia yang menjatuhkan sanksi kepada perekonomian Rusia, sementara sebagian lainnya tidak terlibat dalam hal itu. Rusia dapat menggunakan kesempatan ini untuk menjual energi ke tempat lain," sambungnya.
Setelah penjatuhan sanksi dari Barat, Rusia mulai mencari pasar baru untuk kegiatan ekspor mereka dalam memastikan stabilitas ekonomi. India dilaporkan telah membeli setidaknya 13 juta barel minyak mentah dari Rusia sejak 24 Februari, dibanding hanya 16 juta sepanjang 2021.
Pada awal Maret, nilai dari mata uang rubel Rusia telah mencapai titik rendah. Namun sejak saat itu, nilainya terus memulih hingga hampir mencapai level pra-invasi Ukraina.
"Pada akhirnya, negosiasi lebih efektif ketimbang sanksi," sebut Moldicz.
Menurut Moldicz, negara seperti Hongaria tidak bisa memutus begitu saja impor energi dari Rusia. Walau katakanlah Hongaria mengikuti langkah Uni Eropa dalam menjatuhkan sanksi, maka sektor energi dalam negeri akan kewalahan.
"Kami masih menggunakan kayu dan batu bara, tapi kami sangat bergantung pada gas. Hongaria bergantung pada pasokan Rusia untuk 85 perse dari total konsumsi gas," sebut Moldicz.
"Jadi, walau pun kami mau (menjatuhkan sanksi ke Rusia), kami tidak bisa mengubah keseluruhan sistem ke bahan bakar alternatif dalam kurun waktu satu atau dua hari. Semua ini bukan soal kehendak politik, tapi lebih kepada teknis," ungkapnya.
Baca: Sanksi Barat Menyulitkan Ekonomi Rusia
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News