"Penundaan Anvisa (regulator kesehatan Brasil) dalam menyetujui Sputnik V sayangnya bersifat politis dan tidak ada hubungannya dengan akses ke informasi atau ilmu pengetahuan," kata Gamaleya Institute lewat akun Twitter resmi Sputnik V, Selasa, 27 April 2021.
Pernyataan ini disampaikan berdasarkan laporan pemerintah AS sebelumnya yang mencoba membujuk Brasil agar tidak menggunakan Sputnik V.
"Kementerian Kesehatan Amerika Serikat, dalam laporan tahunan 2020 beberapa bulan lalu secara terbuka menyatakan atase kesehatan AS membujuk Brasil untuk menolak vaksin Rusia melawan covid-19," tambah mereka.
Anvisa menolak permintaan beberapa negara bagian untuk menerima vaksin Sputnik V dari Rusia. Mereka mengatakan pihaknya tidak memiliki data yang diperlukan untuk memverifikasi keamanan dan kemanjuran dosis tersebut.
Menurut Anvisa, vaksin tersebut belum disetujui Badan Obat Eropa (EMA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Vaksin Rusia telah disetujui untuk digunakan setidaknya di 60 negara, termasuk lebih dari 10 negara di Amerika Latin dan Tengah.
Argentina menandatangani kesepakatan dengan Rusia awal bulan ini untuk menjadi negara Amerika Latin pertama yang memproduksi vaksin Sputnik V. Mereka menargetkan produksi skala penuh untuk dimulai pada Juni mendatang.
Baca: Brasil Tolak Penggunaan Darurat Vaksin Sputnik V
Kremlin mengatakan membutuhkan lebih banyak informasi tentang keputusan Brasil sebelum berkomentar. Mereka menambahkan pihaknya tidak berhubungan dengan pihak berwenang Brasil tentang masalah tersebut.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan negaranya menentang penggunaan vaksin sebagai alat politik.
Beberapa negara Barat mewaspadai Sputnik V karena khawatir Negeri Beruang Merah itu akan menggunakannya sebagai alat soft power untuk memajukan kepentingan mereka.
Moskow mendaftarkan vaksin itu pada Agustus sebelum uji klinis skala besar. Tetapi jurnal medis terkemuka, The Lancet, mengatakan vaksin itu aman dan lebih dari 90 persen efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News