Salah satu hasil dari pembahasan bilateral tersebut adalah kesepakatan kedua negara untuk saling mengakui sertifikat vaksinasi yang diterbitkan oleh masing-masing negara, sebagai langkah konkret dari upaya untuk menolak diskriminasi vaksin.
Dalam kesempatan tersebut, Indonesia secara resmi mengumumkan pencalonan Archive of the First NAM Konferensi untuk Program Memori Dunia UNESCO. Pencalonan Indonesia ini mendapat dukungan kuat dari Serbia.
"Indonesia dan Serbia akan bekerja sama untuk mencari dukungan dari negara lain negara. Jadi sekali lagi terima kasih banyak atas dukungan ini," kata Retno saat memberikan pernyataan usai melakukan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Serbia, Nikola Selakovi?, Minggu, 10 Oktober 2021.
Kedua Menlu juga menandatangani Nota Kesepahaman tentang Kerja Sama Peningkatan Kapasitas Diplomatik, yang bertujuan untuk memajukan pendidikan dan pelatihan bagi diplomat Indonesia dan Serbia.
Baca juga: Indonesia Terus Galang Dukungan untuk Lawan Diskriminasi Vaksin
Kedua menlu juga menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Universitas Padjadjaran dan University of Belgrade mengenai Kerja Sama Inkubasi Bisnis dan Inovasi oleh Rektor University of Belgrade, Prof. Dr.Vladan ?oki? dan Dubes RI Beograd yang secara simbolis mewakili Universitas Padjadjaran.
Dengan MoU ini, Pemerintah RI berupaya untuk memberikan peluang bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia agar dapat memanfaatkan kesempatan di pasar Serbia dan Kawasan Balkan Barat.
Menlu RI berada di Beograd sebagai utusan khusus Presiden RI untuk menghadiri peringatan ke-60 tahun Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok (GNB). Momentum tersebut sangat penting bagi kedua negara mengingat keduanya termasuk negara pencetus berdirinya GNB.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News