Amerika Serikat (AS) akan mendistribusikan 55 juta vaksin covid-19, termasuk ke Indonesia. Foto: AFP
Amerika Serikat (AS) akan mendistribusikan 55 juta vaksin covid-19, termasuk ke Indonesia. Foto: AFP

Biden Umumkan Distribusi 55 Juta Vaksin Covid-19, Termasuk ke Indonesia

Fajar Nugraha • 22 Juni 2021 11:44
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengumumkan rencana untuk mendistribusikan 55 juta vaksin covid-19. Ini adalah bagian dari janji pemerintahan Biden untuk mengirimkan 80 juta vaksin covid-19 ke dunia.
 
Dari 80 juta dosis vaksin itu, Gedung Putih mengatakan 75 persen diantaranya akan dibagikan melalui program vaksinasi global Covid-19 Vaccines Global Access atau COVAX. Sementara 25 persen lainnya akan dibagikan langsung ke negara-negara yang membutuhkan. Awal bulan ini, pemerintah mengumumkan rencana distribusinya untuk 25 juta dosis pertama.
 
"Tujuan kami adalah untuk meningkatkan cakupan vaksinasi covid-19 global, bersiap untuk lonjakan dan memprioritaskan petugas kesehatan dan populasi rentan lainnya berdasarkan data kesehatan masyarakat dan praktik terbaik yang diakui. Tentunya membantu tetangga kami dan negara lain yang membutuhkan," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip CNN, Selasa 22 Juni 2021.

"Dan, seperti yang telah kami nyatakan sebelumnya, Amerika Serikat tidak akan menggunakan vaksinnya untuk mendapatkan bantuan dari negara lain,” jelasnya.
 
“Sekitar 41 juta dari tahap kedua dari 55 juta dosis ini akan dibagikan melalui COVAX,” imbuh Gedung Putih.
 
Dari dosis COVAX tersebut, Sekitar 14 juta akan didistribusikan di Amerika Latin dan Karibia -- khususnya ke Brasil, Argentina, Kolombia, Peru, Ekuador, Paraguay, Bolivia, Uruguay, Guatemala, El Salvador, Honduras, Haiti, dan Komunitas Karibia lainnya (CARICOM), Republik Dominika, Panama, dan Kosta Rika.
 
Sekitar 16 juta alokasi COVAX akan didistribusikan di Asia dan dikirim ke India, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Afghanistan, Maladewa, Bhutan, Filipina, Vietnam, Indonesia, Thailand, Malaysia, Laos, Papua Nugini, Taiwan, Kamboja dan Kepulauan Pasifik.
 
Sekitar 10 juta dosis COVAX akan diberikan ke negara-negara di Afrika yang akan dipilih melalui koordinasi dengan Uni Afrika.
 
Gedung Putih menambahkan, “Sekitar 14 juta, atau 25 persen dari 55 juta vaksin, akan dikirim langsung ke Kolombia, Argentina, Haiti, negara CARICOM lainnya, Republik Dominika, Kosta Rika, Panama, Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Filipina, Vietnam, Indonesia, Afrika Selatan , Nigeria, Kenya, Ghana, Cabo Verde, Mesir, Yordania, Irak, Yaman, Tunisia, Oman, Tepi Barat dan Gaza, Ukraina, Kosovo, Georgia, Moldova, dan Bosnia”.
 
Pemerintahan Biden tidak memberikan angka pasti berapa dosis yang akan dikirim ke masing-masing negara, hanya perkiraan untuk wilayah secara umum. Dosis akan terdiri dari vaksin Moderna, Pfizer dan Johnson & Johnson Covid-19. Sementara vaksin AstraZeneca belum disetujui oleh regulator federal.
 

 
Saat ini Gedung Putih mengatakan, tidak lagi berkomitmen untuk memiliki 80 juta dosis yang didistribusikan pada akhir Juni, yang merupakan tujuan yang dinyatakan sebelumnya. Sebaliknya, seorang pejabat Gedung Putih menegaskan, "Pengiriman akan dilakukan segera setelah negara-negara siap menerima dosis dan kami bekerja melalui logistik yang kompleks dengan mereka."
 
Gedung Putih mengutip tantangan logistik sebagai alasan di balik keterlambatan pengiriman vaksin, meskipun CNN melaporkan masalah lain, termasuk pejabat yang harus mengembangkan rencana darurat mengingat dosis yang awalnya mereka rencanakan untuk digunakan, seperti AstraZeneca belum selesai dilakukan review keamanan dan kemanjuran oleh Food and Drug Administration (FDA) AS.
 
"Apa yang kami temukan sebagai tantangan terbesar sebenarnya bukanlah pasokan. Kami memiliki banyak dosis untuk dibagikan kepada dunia. Tapi ini adalah tantangan logistik yang sangat besar, dan kami telah melihatnya saat kami mulai menerapkannya," tutur Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan kepada wartawan pada Senin.
 
Di antara tantangan-tantangan itu, kata Psaki, adalah berbagi informasi keselamatan dan peraturan, memastikan tim memiliki persediaan dan transportasi yang diperlukan untuk menerima dosis, memastikan penyimpanan dan persiapan yang tepat, dan memastikan vaksin melewati bea cukai. Hambatan bahasa juga menjadi masalah, kata Psaki.
 
"Sama seperti yang kami miliki dalam respons domestik kami, kami akan bergerak secepat mungkin, sambil mematuhi persyaratan peraturan dan hukum AS dan negara tuan rumah, untuk memfasilitasi pengangkutan vaksin yang aman dan terjamin melintasi perbatasan internasional," kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan.
 
"Ini akan memakan waktu, tetapi Presiden telah mengarahkan jajarannya untuk menggunakan semua tuas pemerintah AS untuk melindungi individu dari virus ini secepat mungkin,” ungkap pernyataan itu.
 
Sebagai bagian dari upaya Biden untuk menegaskan kembali kepemimpinan AS di panggung dunia, Presiden mengumumkan awal bulan ini bahwa AS berencana untuk menyumbangkan 500 juta dosis vaksin virus korona dari Pfizer ecara global. Langkah ini juga akan berfungsi untuk melawan upaya Rusia dan Tiongkok untuk menggunakan vaksin mereka sendiri yang didanai negara untuk memperluas pengaruh global mereka.
 
Pada Februari, Biden mengatakan USD2 miliar dalam kontribusi AS akan digunakan untuk inisiatif vaksin virus korona global dan akan memberikan dukungan kepada COVAX. Biden juga menjanjikan tambahan USD2 miliar dalam pendanaan bergantung pada kontribusi dari negara lain dan target pengiriman dosis terpenuhi.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan