Baca: Erdogan Ancam Banjiri Eropa dengan Jutaan Imigran.
"Ini adalah serangan oleh Turki terhadap Uni Eropa dan Yunani. Orang-orang digunakan untuk menekan Eropa. Uni Eropa tidak harus rentan terhadap pemerasan," kata Kurz, seperti dikutip AFP, Selasa, 3 Maret 2020.
Sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberi lampu hijau kepada para pengungsi di wilayahnya,-yang sebagian besar dari Suriah,- untuk pergi ke Uni Eropa. Keputusan ini menentang kesepakatan tahun 2016 untuk mempertahankan para pengungsi.
Kurz menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memikat orang-orang dengan ‘janji palsu’ dan membawa mereka ke perbatasan Yunani. Bagi Kurz, Erdogan telah menggunakan para pengungsi sebagai ‘senjata’ untuk menekan Uni Eropa.
Dia mengatakan itu adalah ‘ujian’ bagi UE untuk melihat apakah mereka dapat melindungi perbatasan luarnya. Austria siap mendukung Yunani dan negara lain yang mungkin menghadapi ‘serangan’.
"Saya dapat menjamin Anda satu hal: jika perbatasan luar UE tidak berfungsi, maka Eropa tanpa perbatasan (dalam) adalah sejarah," katanya.
"Kita harus bersama-sama memastikan bahwa tahun 2015 tidak terulang kembali," tambahnya, merujuk pada lonjakan orang yang memasuki UE untuk mencari suaka lima tahun lalu.
Kurz yang konservatif pada Januari membentuk pemerintahan dengan Partai Hijau setelah koalisinya dengan kelompok kanan pecah setelah satu setengah tahun ketika sebuah skandal korupsi melanda mitranya.
Kanselir termuda Austria itu berjanji untuk mempertahankan sikap garis kerasnya terhadap imigrasi bahkan di dalam koalisi baru. Partai Hijau menerimanya sejauh ini sebagai imbalan karena mampu mendorong agenda iklim mereka.
Pada Senin, Kanselir Jerman Angela Merkel menggambarkan langkah Turki sebagai ‘tidak dapat diterima’ dan komisaris migrasi Uni Eropa Margaritis Schinas mengatakan tidak ada yang bisa "memeras atau mengintimidasi Uni Eropa".
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News