Aksi protes masif di Peru dipicu pemakzulan Martin Vizcarra dari kursi kepresidenan sekitar sepekan lalu. Vizcarra kemudian digantikan oleh Manuel Merino, yang kemudian mengundurkan diri usai tewasnya dua demonstran.
Setelah Merino mundur, Kongres Peru kemudian memilih Francisco Sagasti sebagai presiden interim terbaru.
"Guterres sangat terganggu oleh laporan penggunaan kekuatan berlebih yang diduga dilakukan aparat keamanan selama berlangsungnya aksi protes, termasuk yang berujung pada tewasnya dua pemuda," kata juru bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, dilansir dari The Globe Post pada Selasa, 17 November 2020.
Senin kemarin, Jaksa Agung Peru membuka investigasi awal mengenai peran Merino atas tewasnya dua pengunjuk rasa yang diduga kuat dibunuh oleh polisi.
Menurut Dujarric, Guterres terus mengikuti perkembangan situasi terbaru di Peru dengan penuh kekhawatiran.
"Beliau juga mendorong semua pemangku kepentingan untuk berusaha bersama mencar solusi institusional terkait krisis politik saat ini," ungkapnya.
"Solusi dalam dicapai melalui dialog inklusif dengan sepenuhnya mematuhi aturan hukum," sambung Dujarric, menyampaikan kembali kata-kata Guterres.
Sagasti menjadi presiden interim usai mendapat 60 suara minimal dari anggota Kongres. Ia merupakan politikus dari satu-satunya partai yang menentang pemakzulan Vizcarra pekan lalu.
"Hal utama bagi Peru saat ini adalah meraih stabilitas agar mimpi buruk ini dapat segera berakhir," kata seorang anggota Kongres Peru bernama Alberto de Belaunde.
Baca: Peru Tunjuk Presiden Ketiga Kurang dari Sepekan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News