Penghargaan ini diberikan kepada individu atau organisasi yang dianggap memberikan dampak paling merusak terhadap demokrasi, masyarakat, dan supremasi hukum. Berikut adalah daftar beberapa pemenang gelar kontroversial ini sejak penghargaan pertama kali diberikan pada 2012:
2024: Bashar al-Assad (Suriah)
Mantan presiden Suriah, Bashar al-Assad, diakui karena perannya dalam produksi dan distribusi narkotika Captagon yang menghasilkan miliaran dolar untuk mendukung pemerintahannya yang otoriter."Selain menjadi seorang diktator seperti ayahnya, Assad menambahkan dimensi kejahatan dan korupsi yang tak terbayangkan, merusak kehidupan banyak orang bahkan di luar perbatasan negaranya," ujar Alia Ibrahim, salah satu juri OCCRP.
Pada Desember 2024, Assad melarikan diri dari Suriah setelah rezimnya runtuh akibat serangan oposisi.
2023: María Consuelo Porras (Guatemala)
Jaksa Agung Guatemala ini dianggap merusak demokrasi dengan menghalangi presiden terpilih Bernardo Arévalo, serta mengintimidasi jaksa, jurnalis, dan aktivis."Porras adalah pelindung dari apa yang disebut di Guatemala sebagai 'pakta korupsi,' melibatkan politisi bengkok, anggota kejahatan terorganisir, dan pensiunan jenderal," ujar María Teresa Ronderos, direktur CLIP dan salah satu juri OCCRP.
Langkah-langkah yang dia ambil, seperti pembubaran CICIG, telah membawa kemunduran besar bagi kemajuan demokrasi di Guatemala
2022: Yevgeny Prigozhin (Rusia)
Pemimpin tentara bayaran dan oligarki Rusia ini dikenal karena menggabungkan kekayaan ilegal dengan kekerasan brutal dan korupsi sistematis."Prigozhin adalah simbol kegelapan terburuk dari negaranya, memadukan uang kotor dan kekerasan brutal dengan sinisme yang mencemooh hukum," ujar Drew Sullivan, pendiri OCCRP.
Wagner Group, pasukan bayarannya, terlibat dalam kejahatan kemanusiaan di Ukraina, Suriah, dan Afrika. Prigozhin tewas dalam kecelakaan pesawat pada Agustus 2023.
2021: Aleksandr Lukashenko (Belarus)
Presiden Belarus, sering disebut "diktator terakhir Eropa," diberi gelar ini atas perannya dalam memajukan aktivitas kriminal terorganisir dan korupsi."Tahun itu menjadi tahun yang penuh dengan korupsi, tetapi Lukashenko tetap menonjol di antara yang lain," ujar Drew Sullivan, salah satu pendiri OCCRP.
Selain itu, ia memerintahkan pendaratan paksa pesawat Ryanair untuk menangkap seorang pembangkang, yang melanggar hukum penerbangan internasional.
2020: Jair Bolsonaro (Brasil)
Mantan Presiden Brasil dinobatkan sebagai "Person of the Year" oleh OCCRP pada 2020 karena perannya dalam mempromosikan kejahatan terorganisir dan korupsi."Bolsonaro adalah contoh klasik pemimpin populis yang menghancurkan institusi demokrasi," ujar Drew Sullivan, editor OCCRP.
Ia dituduh mengeksploitasi Amazon untuk keuntungan pribadi dan kroninya, merusak lingkungan global. Bolsonaro tidak lagi menjabat sebagai Presiden sejak Januari 2023.
2019: Joseph Muscat (Malta)
Mantan Perdana Menteri Malta, Joseph Muscat, dianugerahi gelar ini atas perannya dalam peningkatan kriminalitas dan kurangnya penegakan hukum di negaranya."Muscat telah menunjukkan penghinaan total terhadap media dan kebebasan berbicara, serta memungkinkan tokoh korup untuk memesan pembunuhan tanpa konsekuensi," ujar Louise I. Shelley, direktur Terrorism, Transnational Crime and Corruption Center di George Mason University.
Selain itu, investigasi menunjukkan keterlibatan pejabat tinggi pemerintah Malta dalam pencucian uang dan pembunuhan tersebut. Muscat mengundurkan diri pada Januari 2020.
2018: Danske Bank (Denmark)
Bank terbesar di Denmark ini terlibat dalam pencucian uang berskala besar melalui cabangnya di Estonia.Sebuah skandal pencucian uang senilai €230 miliar membuat Danske Bank memenangkan gelar ini, mengalahkan 22 kandidat lainnya.
"Danske Bank adalah penerima yang layak atas penghargaan ini. Kasus ini menyoroti peran industri layanan kriminal dalam mendukung korupsi internasional," ujar Drew Sullivan, pendiri OCCRP. Danske Bank masih beroperasi meskipun menghadapi investigasi dan denda besar.
2017: Rodrigo Duterte (Filipina)
Mantan Presiden Filipina ini terkenal dengan "perang melawan narkoba" yang menyebabkan ribuan pembunuhan di luar hukum."Duterte telah merendahkan supremasi hukum di negaranya," ujar Drew Sullivan, editor OCCRP. Kampanye brutalnya telah menyebabkan lebih dari 7.000 kematian. Duterte tidak lagi menjabat sebagai Presiden sejak Juni 2022.
2016: Nicolás Maduro (Venezuela)
Presiden Venezuela ini dikenal sebagai "Lord of Misrule" oleh Financial Times atas pemerintahannya yang penuh korupsi dan salah urus, yang menyebabkan rakyatnya kelaparan."Maduro telah mencapai tingkat kejahatan yang mengerikan dengan membiarkan rakyatnya kelaparan sementara pemerintahannya mencuri $70 miliar setahun," ujar Drew Sullivan, editor OCCRP.
2015: Milo Djukanovic (Montenegro)
Presiden Montenegro ini dianugerahi penghargaan ini atas sejarah panjangnya dalam menjalin hubungan dengan tokoh kejahatan terorganisir dan praktik korupsi."Djukanovic telah mengubah negaranya menjadi tempat perlindungan bagi para kriminal sambil membebani rakyatnya dengan utang besar," tambah Vanja Calovic, Direktur MANS.
2014: Vladimir Putin (Rusia)
Presiden Rusia ini mengubah negaranya menjadi pusat pencucian uang global dengan koneksi ke kejahatan terorganisir di Krimea dan Donbass."Putin adalah simbol kleptokrasi modern," ujar Drew Sullivan. "Dia menciptakan kompleks militer-industri-politik-kriminal yang mendukung kepentingan Rusia dan pribadi Putin."
2013: Parlemen Rumania
Parlemen Rumania memenangkan penghargaan ini karena mengamandemen kode kriminal untuk memberikan kekebalan hukum kepada pejabat pemerintah dari tuduhan korupsi."Parlemen ini telah membawa korupsi ke tingkat baru di Eropa dengan melegalkannya," ujar Drew Sullivan. Media lokal menyebut langkah ini sebagai "Selasa Hitam" bagi demokrasi Rumania.
2012: Ilham Aliyev (Azerbaijan)
Ilham Aliyev, Presiden Azerbaijan, memenangkan penghargaan ini karena sistematis mengambil alih saham besar di industri paling menguntungkan negara, termasuk telekomunikasi, mineral, dan konstruksi."Aliyev mengubah keluarga presidennya menjadi dinasti ekonomi yang memonopoli sumber daya nasional," ujar Drew Sullivan.
Investigasi oleh OCCRP dan Radio Free Europe mengungkap bahwa keluarganya memiliki properti rahasia di luar negeri dan kendali tersembunyi atas perusahaan besar.
Penghargaan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global tentang dampak korupsi dan kejahatan terorganisir terhadap masyarakat.
Dengan menyoroti tokoh-tokoh seperti Assad, Prigozhin, dan Putin, OCCRP berharap dapat mendorong akuntabilitas dan upaya global melawan korupsi.
Korupsi tetap menjadi ancaman besar bagi demokrasi dan kesejahteraan global. Penghargaan ini mengingatkan dunia tentang pentingnya melawan kejahatan terorganisir dan penyalahgunaan kekuasaan.
Baca Juga:
Termasuk Jokowi, 7 Pemimpin Dunia ini Jadi Finalis Pemimpin Terkorup 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id