Dr Amani Balour (jongkok) menangis mendengar sikap pasrah dari ibu yang anaknya menjadi korban serangan di Ghouta (Foto: BBC).
Dr Amani Balour (jongkok) menangis mendengar sikap pasrah dari ibu yang anaknya menjadi korban serangan di Ghouta (Foto: BBC).

‘Paling Tidak di Surga Ada Makanan’

Fajar Nugraha • 24 Februari 2018 20:11
Ghouta: Krisis di Ghouta timur, Suriah masih terus terjadi hingga saat ini. Warga sipil menjadi korban dalam serangan pasukan Suriah yang diarahkan kepada kelompok pemberontak yang ada di Ghouta.
 
Sebuah video yang diperolah oleh kantor berita Inggris, BBC 23 Februari 2018, memperlihatkan bagaimana kondisi memilukan yang dialami oleh warga. Mereka yang menjadi korban serangan hanya dirawat seadanya oleh rumah sakit yang masih beroperasi di wilayah dekat Ibu Kota Damaskus itu.
 
(Baca: Hujan Bom Hantam Ghouta, Dunia Lamban Menanggapi).

Dr Amani Balour yang merawat di sebuah rumah sakit di Ghouta tampak sibuk merawat pasien. Namun dalam hitungan menit, pasien terus berdatangan setelah serangan dari pasukan pemerintah berlangsung.
 
“Selama tiga hari terjadi pengeboman yang menghancurkan Ghouta. Mereka menggunakan berbagai senjata, termasuk jet tempur, roket dan bom barel. Kami dalam kehancuran fisik dan mental,” ujar Dr Balour seperti dikutip dari BBC, Sabtu 24 Februari 2018.
 
“Mereka (pemerintah) membiarkan kami kehabisan darah,” jelasnya.
 
Kemudian di saat merawat dua pasien baru yang datang, Dr Balour melihat seorang ibu yang tak bisa berkata-kata dengan kondisi yang dialaminya saat ini. Balour hanya mengatakan tidak tahu bagaimana bisa merawatnya, karena pasokan obat sudah habis.
 
Selang beberapa lama, ibu dari korban itu memberikan penjelasannya. “Saya hanya bisa menunggu putra saya meninggal. Dia tidak akan merasakan sakit lagi,” tutur ibu itu kepada BBC.
 
‘Paling Tidak di Surga Ada Makanan’
Ibu yang dua anaknya menjadi korban serangan di Ghouta (Foto: BBC)
 
“Saya sedang membuat roti tiba-tiba atap rumah roboh. Anak saya akan langsung ke surga, setidaknya di surga ada makanan,” pungkasnya pasrah.
 
Tak tahan mendengar perkataan dari ibu itu, Dr Balour pun jongkok dan menangis.
 
Lebih dari 460 warga sipil, termasuk 100 anak-anak, tewas dalam gempuran selama enam hari di Ghouta Timur. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan 400 ribu warga Ghouta Timur kini hidup di "neraka dunia."
 
(Baca: DK PBB Masih Diskusikan Gencatan Senjata Suriah).
 
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) masih mendiskusikan rencana penerapan gencatan senjata selama 30 hari di Suriah. Pemungutan suara untuk gencatan senjata ditunda dari Jumat menjadi Sabtu 24 Februari 2018.
 
DK PBB mendiskusikan kerangka resolusi gencatan senjata sejak 9 Februari, seiring gempuran pasukan pemerintah Suriah terhadap kawasan pemberontak di Ghouta Timur.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan