DK PBB mendiskusikan kerangka resolusi gencatan senjata sejak 9 Februari, seiring gempuran pasukan pemerintah Suriah terhadap kawasan pemberontak di Ghouta Timur. Serangkaian serangan di sana telah menewaskan ratusan orang.
Duta Besar Kuwait untuk PBB Mansour al-Otaibi, yang saat ini menjadi Presiden DK PBB, mengatakan pihaknya "sudah sangat dekat (mencapai kesepakatan). Namun, hingga saat ini belum ada konsensus mengenai kerangka resolusi.
Negosiasi resolusi terbentuk satu poin kunci, yakni kapan gencatan senjata ini akan dimulai.
"Kami belum dapat menutup ketidaksepakatan ini seluruhnya," tutur Dubes Swedia Olof Skoog kepada awak media. "Kami akan bekerja malam ini dan semoga besok sudah bisa ada pemungutan suara," lanjut dia, seperti dilansir AFP.
Baca: Serangan di Ghouta Makin Gencar, 417 Jiwa Warga Tewas
Dubes AS untuk PBB Nikki Haley mengaku kecewa karena pemungutan suara harus ditunda satu hari. Ia mendesak gencatan senjata segera diterapkan agar bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis bisa terlaksana,
"Sangat tidak dapat dipercaya bahwa Rusia menunda pemungutan suara ini," tulis Haley di Twitter.
"Berapa banyak lagi orang yang akan mati di sana hingga DK PBB sepakat melakukan pemungutan suara? Ayo lakukan malam ini. Warga Suriah tidak dapat menunggu lagi," tambah dia.
Lebih dari 460 warga sipil, termasuk 100 anak-anak, tewas dalam gempuran selama enam hari di Ghouta Timur. Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan 400 ribu warga Ghouta Timur kini hidup di "neraka dunia."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News