Pawai tersebut, digelar di kota Douma pada musim semi 2015, menunjukkan pengaruh kelompok tersebut yang didukung Arab Saudi di pinggiran Ghouta timur.
Kawasan itu selama bertahun-tahun dipandang sebagai basis potensial untuk melancarkan serangan darat ke arah Damaskus, daerah kekuasaan Presiden Suriah Bashar al Assad.
Army of Islam sekarang bertahan sendirian di Ghouta timur. Para pejuangnya menghadapi pilihan yang sulit: menyerah atau mati.
Haitham Bakkar, seorang aktivis oposisi, menyebut situasi di Douma saat ini sangat menegangkan. Dia mempertanyakan eksistensi para anggota Army of Islam, yang sebagian besar berasal dari Douma.
"Jika Army of Islam pergi ke Suriah utara, itu akan jadi akhir dari semuanya," kata Haitham, seperti dikutip Associated Press, Rabu 28 Maret 2018.
Baca: Konvoi Terbesar Mulai Tinggalkan Area Pemberontak di Ghouta
Setelah pasukan Suriah merebut kembali lebih dari 90 persen area di Ghouta Timur, para pemberontak diminta segera angkat kaki. Proses evakuasi ini terlaksana berkat upaya mediasi Rusia -- sekutu utama Suriah -- dengan sejumlah grup pemberontak.
Para pemberontak serta keluarga mereka masing-masing dan warga sipil lainnya yang meninggalkan Ghouta timur, sejauh ini telah pergi ke Idlib, wilayah tersisa yang masih dikuasai oposisi.
Sekitar 10 ribu anggota Army of Islam masih tersisa di Ghouta Timur. Rusia menegaskan mereka semua harus pergi atau bersiap menghadapi gempuran lanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News