Menurut keterangan grup pengawas Syrian Observatory for Human Rights atau SOHR, lebih dari 500 warga sipil tewas dalam bombardir tersebut, termasuk di antaranya 120 anak-anak.
"Rezim (Suriah) melakukan pembantaian di Ghouta Timur," kata juru bicara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Ibrahim Kalin, di akun Twitter, seperti dikutip AFP, Sabtu 24 Februari 2018.
"Dunia harus mendesak penghentian pembantaian ini bersama-sama," lanjut dia.
Dalam serangan udara terbaru pada Sabtu, SOHR melaporkan adanya 41 korban tewas di Ghouta Timur.
"Apakah Anda melihat atau mendengar ada satu negara yang bereaksi serius mengenai kekejaman di Ghouta Timur dalam beberapa hari terakhir?" tanya Erdogan.
Satu hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu meminta Rusia dan Iran untuk menghentikan bombardir pasukan Suriah.
Ankara adalah pendukung pemberontak Suriah, sementara Moskow dan Teheran adalah sekutu Damaskus.
Sementara itu, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK) secara bulat telah mengadopsi resolusi berisi desakan diterapkannya gencatan senjata selama 30 hari di Suriah.
Dengan dukungan Rusia, DK PBB mengadopsi resolusi yang membuka akses bagi penyaluran bantuan kemanusiaan dan evakuasi medis. Namun tidak disebutkan secara spesifik kapan gencatan senjata ini mulai diberlakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News