Pemberontak Houthi mengoperasikan senjata anti-pesawat di Sanaa, Yaman, 2 Desember 2017. (Foto: AFP)
Pemberontak Houthi mengoperasikan senjata anti-pesawat di Sanaa, Yaman, 2 Desember 2017. (Foto: AFP)

Houthi Mulai Menarik Pasukan dari Hudaidah Yaman

Willy Haryono • 12 Mei 2019 11:03
Hudaidah: Pemberontak Houthi mulai menarik pasukan mereka dari kota pelabuhan Hudaidah, Yaman, Sabtu 10 Mei. Ini merupakan langkah penting pertama sejak kubu bertikai dalam konflik Yaman menandantangani perjanjian gencatan senjata pada Desember tahun lalu.
 
Baik Houthi maupun pasukan pemerintah Yaman sepakat menarik pasukan dari Hudaidah agar bantuan kemanusiaan dapat masuk dan tersalurkan dengan baik ke warga sipil yang membutuhkan.
 
Video yang diterima kantor berita BBC memperlihatkan sekelompok pemberontak Houthi meninggalkan Hudaidah dengan menggunakan truk. Proses penarikan pasukan dari tiga pelabuhan di Hudaidah ini diestimasi menghabiskan empat hari.

Merespons penarikan ini, pemerintah Yaman mencurigai apa yang dilakukan Houthi adalah semacam "siasat."
 
Mengutip juru bicara PBB Farhan Haq, media AFP melaporkan bahwa penarikan pasukan Houthi dari Hudaidah memang sudah dimulai. Utusan Khusus PBB untuk Yaman Martin Griffiths menyebut penarikan ini sebagai "langkah awal."
 
"Saya berharap (penarikan akan berhasil), tapi situasinya masih relatif rapuh," ujar Griffiths kepada BBC. "Kami masih memiliki banyak pekerjaan untuk memastikan pemerintah Yaman senang dengan semua ini," lanjut dia.
 
Al-Hassan Taher, seorang pejabat pemerintah Yaman, skeptis terhadap penarikan pasukan Houthi. Ia curiga beberapa pemberontak telah bertukar tempat dengan anggota Houthi lain yang berpakaian petugas penjaga pantai atau polisi di Hudaidah.
 
"Itu merupakan sebuah usaha untuk mengelabui komunitas internasional," tutur Taher kepada awak media.
 
Namun Houthi menegaskan penarikan "sepihak" ini memperlihatkan "komitmen untuk mengimplementasikan perjanjian Hudaidah dan mencapai perdamaian." Houthi meminta PBB untuk menekan semua pihak terkait untuk mematuhi perjanjian gencatan senjata.
 
Sedikitnya 6.800 warga sipil tewas dalam konflik Yaman yang telah berlangsung selama empat tahun. Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, sekitar 10.700 orang juga terluka dalam perang sipil tersebut.
 
Ribuan warga Yaman yang tidak berperang juga telah meninggal dunia akibat malnutrisi dan terserang penyakit.
 
Baca: Trump Veto RUU untuk Akhiri Dukungan AS dalam Perang Yaman
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan