PM Selandia Baru John Key dalam Sidang Umum PBB di New York, AS, 20 September 2016. (Foto: Reuters)
PM Selandia Baru John Key dalam Sidang Umum PBB di New York, AS, 20 September 2016. (Foto: Reuters)

Setelah Italia, PM Selandia Baru Juga Mengundurkan Diri

Willy Haryono • 05 Desember 2016 08:09
medcom.id, Wellington: Perdana Menteri Selandia Baru John Key secara mengejutkan mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin 5 Desember. Ia mengatakan ini adalah "waktu yang tepat" untuk meninggalkan panggung politik setelah berkuasa selama lebih dari delapan tahun. 
 
Ia mengaku belum memiliki rencana spesifik di masa mendatang, namun menegaskan dirinya akan berada di parlemen untuk menghindari proses by-election untuk jabatannya. 
 
"Tidak mungkin saya akan berusaha menjabat untuk periode keempat," tutur PM Key dalam konferensi pers di Wellington, seperti dikutip Reuters, dengan menyebutkan faktor keluarga sebagai salah satu penyebab dirinya mengundurkan diri. 

Pernah menjadi pialang valuta asing, Key memenangkan jabatan ketua Partai Nasional pada 2008, yang mengakhiri kekuasaan Helen Clark dari Partai Buruk sejak sembilan tahun terakhir. 
 
Sang perdana menteri dipuji atas perannya dalam menangani krisis finansial global dan imbas dua gempa bumi dahsyat di sekitar Christchurch. 
 
Kaukus Partai Nasional akan menggelar rapat pada 12 Desember untuk menentukan pemimpin baru dan perdana menteri. 
 
PM Key menyebut akan memilih wakil sekaligus menteri keuangan Bill English untuk menggantikan dirinya.
 
Sementara itu di Italia, PM Matteo Renzi mengundurkan diri setelah kalah dalam referendum perubahan konstitusi. 
 
Hasil exit poll memperlihatkan kemenangan dari kubu "tidak" dengan selisih suara yang cukup jauh dari mereka yang memilih "iya." Lewat kemenangan "tidak," maka konstitusi Italia tidak akan berganti. 
 
Setelah Italia, PM Selandia Baru Juga Mengundurkan Diri
PM Italia Matteo Renzi. (Foto: AFP)
 
Referendum Italia digelar usai Brexit di Inggris pada Juni dan juga bertepatan dengan meningkatnya sentimen anti-imigran dari Front Nasional di Prancis. Referendum juga digelar kurang dari sebulan setelah pilpres di Amerika Serikat (AS). 
 
Sekitar 50 juta warga Italia memiliki hak suara dalam referendum. Tingkat keikutsertaan warga dinilai tinggi untuk standar Italia, yakni sekitar 60 persen.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan