Sejak tergulingnya Omar al-Bashir dari kursi kepresidenan, demonstran mendorong agar pemerintah Sudan tidak dikuasai militer, tapi harus dari kalangan sipil. Negosiasi pun berlangsung antara junta dan demonstran.
Namun negosiasi ternodai aksi kekerasan saat sekelompok orang tak dikenal membunuh seorang perwira dan lima demonstran yang berunjuk rasa di depan markas militer di Khartoum.
Selang dua hari usai penembakan, junta militer dan demonstran menyepakati perjanjian masa transisi. Negosiasi menuju kesepakatan itu berlangsung selama lebih kurang 12 jam.
"Kami menyepakati periode transisi selama tiga tahun," ujar Letnan Jenderal Yasser al-Atta, anggota junta militer Sudan kepada awak media, dikutip dari laman AFP, Rabu 15 Mei 2019.
Atta mengatakan perjanjian akhir mengenai pembagian kekuasaan, termasuk membantuk Dewan Kedaulatan, akan ditandatangani dalam hitungan hari bersama Aliansi Kebebasan dan Perubahan, nama dari gerakan protes di Sudan.
"Kami berjanji kepada masyarakat bahwa perjanjian akan diselesaikan secara menyeluruh dalam waktu 24 jam," tegas Atta.
Sebelumnya, Aliansi Kebebasan dan Perubahan menilai penembakan oleh "elemen tak dikenal" di Khartoum itu bertujuan "mengganggu terobosan dalam negosiasi kesepakatan" yang telah tercapai.
Para demonstran menduga pelaku penembakan adalah sekelompok milisi yang masih loyal terhadap Bashir.
Baca: Lima Orang Tewas Ditembak dalam Aksi Protes di Sudan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News