MEE melaporkan para pengungsi itu melarikan diri dari kampung halaman mereka dan memasuki Arab Saudi dengan menggunakan dokumen palsu. Dokumen itu didapat dari beberapa negara Asia Selatan, termasuk Bangladesh, Nepal dan Pakistan.
Para pengungsi kemudian ditahan otoritas Arab Saudi dalam operasi penyisiran imigran gelap. Mereka semua ditahan di pusat penahan Shumaisi di kota Jeddah.
Saudi dilaporkan telah mengirim sebuah surat resmi ke Bangladesh, meminta agar pemerintah menerima kembali para pengungsi "berpaspor Bangladesh."
Banyak dari para pengungsi yang dikirim ke Bangladesh mengatakan kepada MEE bahwa mereka memiliki kartu pengenal Burma yang membuktikan mereka adalah Rohingya dari Myanmar.
Baca: PBB Minta Bangladesh Batalkan Repatriasi Rohingya
Lebih dari 700 ribu Rohingya melarikan dari Myanma ke Bangladesh sejak tahun lalu. Mereka semua pergi untuk menghindari operasi brutal militer Myanmar di negara bagian Rakhine.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menilai operasi Myanmar di Rakhine bisa dikategorikan sebagai pembersihan etnis. Namun Myanmar berkukuh operasi di Rakhine semata untuk memburu kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA.
Masih dari keterangan pengungsi kepada MEE, mereka mengaku "dipukul" petugas imigrasi Saudi di bagian dada. Para pengungsi dipaksa menandatangani dokumen yang mendeklarasikan mereka "memiliki kesadaran penuh dan tanpa paksaan" untuk secara sukarela dikirim ke Bangladesh.
"Dokumen itu sudah diurus kedutaan (Bangladesh) dan petugas imigrasi Saudi," ucap seorang pengungsi kepada MEE.
"Mereka hanya memerlukan sidik jari dan memukul saya agar saya mau melakukannya. Kami tidak mau pergi ke Bangladesh dan tinggal di kamp pengungsi," lanjut dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News