Indonesia diketahui memiliki minat untuk memasuki kedua organisasi tersebut. Indonesia menjadi kandidat anggota aksesi pertama dari Asia Tenggara pada Februari 2024 dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono mengumumkan keinginan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS pada Oktober 2024.
Berikut perbedaan keduanya.
1. Karakteristik Anggota
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dikenal sebagai "klub negara maju" yang beranggotakan 38 negara. Anggota OECD sebagian besar adalah negara-negara dengan ekonomi maju dan tingkat pembangunan manusia yang tinggi.Negara-negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, dan Prancis merupakan bagian dari OECD, dan organisasi ini sering dianggap sebagai forum negara-negara kaya yang berkomitmen untuk demokrasi dan ekonomi pasar.
Sebagian besar anggota OECD memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang tinggi dan sistem ekonomi yang matang.
BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa) terdiri dari negara-negara berkembang dengan ekonomi besar dan populasi yang signifikan, yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Negara-negara anggota BRICS berbeda dari OECD dalam hal tingkat perkembangan ekonomi dan struktur ekonomi.
BRICS sering memposisikan dirinya sebagai "suara" bagi negara-negara di Global South, yang mencakup negara berkembang dan berpendapatan menengah.
Sebagian besar negara anggota BRICS masih dalam tahap pertumbuhan ekonomi yang cepat dan menghadapi tantangan pembangunan yang signifikan.
2. Tujuan dan Peran di Ekonomi Global
OECD didirikan pada tahun 1961 dengan tujuan untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan perdagangan dunia.Organisasi ini berfungsi sebagai forum bagi negara-negara anggotanya untuk membandingkan kebijakan, berbagi pengalaman, dan mencari solusi atas masalah ekonomi bersama.
OECD juga mengembangkan standar internasional di berbagai bidang seperti pendidikan, perpajakan, dan kebijakan sosial. Negara-negara anggota OECD berfokus pada koordinasi kebijakan ekonomi untuk mencapai pertumbuhan yang stabil dan inklusif.
BRICS, di sisi lain, bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam tatanan ekonomi global yang dianggap lebih menguntungkan negara-negara maju.
Dengan mendirikan bank pembangunan sendiri (New Development Bank), BRICS berusaha menyediakan alternatif terhadap institusi keuangan internasional seperti Bank Dunia dan IMF.
Selain itu, BRICS juga mengupayakan kerjasama yang erat di bidang perdagangan, investasi, dan teknologi antara negara anggotanya untuk memperkuat posisi negara berkembang dalam perekonomian global.
3. Pendekatan Geopolitik dan Pengaruh Internasional
OECD umumnya tidak memiliki agenda politik yang kuat, melainkan fokus pada kebijakan ekonomi dan sosial.Sebagian besar anggota OECD memiliki hubungan yang erat dengan blok Barat, dan organisasi ini sering dipandang sebagai representasi negara-negara yang berkomitmen pada nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan ekonomi pasar.
Karena itu, OECD juga dilihat sebagai alat diplomasi ekonomi untuk negara-negara maju dalam menyebarkan standar internasional yang mereka anggap baik.
BRICS lebih menonjol dalam hal agenda geopolitik. Organisasi ini berusaha mengimbangi dominasi negara-negara Barat dalam perekonomian dan politik internasional.
RICS sering dianggap lebih politis, karena negara-negara anggotanya memiliki pandangan yang berbeda terhadap tatanan dunia yang didominasi oleh Barat.
Rusia dan Tiongkok, misalnya, menggunakan platform BRICS untuk mendorong agenda anti-hegemoni dan mempromosikan tatanan dunia yang lebih multipolar. Hal ini membuat BRICS lebih berperan dalam percaturan geopolitik global dibandingkan OECD.
Demikian informasinya, semoga bermanfaat.
Baca Juga:
Indonesia jadi Mitra BRICS, Lawan Dominasi Barat
Luncurkan Portal Aksesi, Indonesia Gerak Cepat Jadi Anggota OECD
RI Ingin Gabung BRICS, Dubes Rusia: Keputusan Besar yang Selesaikan Banyak Masalah
Dukungan Penuh Jepang Agar Indonesia Jadi Anggota OECD
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News