Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

Erdogan Meminta Dukungan NATO di Suriah

Arpan Rahman • 15 Oktober 2019 17:08
Ankara: Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meminta dukungan sekutu NATO, mengatakan Turki berada di bawah tekanan dan pelecehan oleh para teroris Kurdi.
 
"Kami adalah sekutu NATO. Mereka perlu mendukung kami," katanya, dirilis dari UPI, Selasa 15 Oktober 2019.
 
Pemimpin Turki itu mengatakan lebih dari 500 ‘teroris’ Kurdi telah terbunuh sejak operasi dimulai pekan lalu.

Sementara Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah memberlakukan sanksi baru terhadap pejabat Turki atas peran mereka dalam operasi militer negara itu di Suriah.
 
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan AS mengambil tindakan terhadap dua menteri dan tiga pejabat senior Pemerintah Turki.
 
"AS meminta pertanggungjawaban Pemerintah Turki karena meningkatnya kekerasan oleh pasukan Turki, membahayakan warga sipil tak berdosa, dan mengganggu kestabilan di kawasan itu," katanya.
 
Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, Trump berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menyerukan gencatan senjata segera.
 
"Presiden AS meminta presiden Turki untuk menghentikan invasi," kata Pence.
 
Trump mengancam sanksi ‘besar’ sebelumnya pada hari itu, menunjukkan pasukan Kurdi bisa melepaskan tawanan teroris untuk melibatkan kembali militer AS.
 
"Kami tidak akan berperang lagi antara orang-orang yang telah saling bertarung selama 200 tahun," tweet Trump. "Eropa memiliki kesempatan untuk mendapatkan tahanan ISIS mereka tetapi tidak melakukan. 'Biarkan AS menanggungnya,' kata mereka. Apakah orang benar-benar berpikir kita harus berperang dengan anggota NATO Turki? Tidak pernah perang akan berakhir!"

Uni Eropa meradang


Negara-negara di Uni Eropa sepakat, Senin, untuk menghentikan ekspor senjata ke Turki. Seraya mengatakan Turki merusak stabilitas dan keamanan di kawasan itu dan menghambat proses perdamaian Suriah.
 
Para menteri luar negeri Uni Eropa mencapai kesepakatan pada pertemuan di Luksemburg, dan juga mengatakan mereka akan menyusun daftar sanksi terkait dengan pengeboran minyak Turki di lepas pantai Siprus. Para diplomat UE mengatakan langkah itu secara efektif merupakan versi identik, lebih cepat dari embargo senjata resmi UE.
 
"Kekhawatiran keamanan Turki di Suriah Timur Laut harus diatasi melalui cara-cara politik dan diplomatik, bukan dengan aksi militer, dan sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Dewan Uni Eropa.
 
Prancis, Jerman, Finlandia, dan Swedia sudah melarang penjualan senjata ke Turki. Para pemimpin beberapa negara Eropa menyalahkan Washington atas situasi yang memburuk.
 
Tindakan itu terjadi setelah pasukan Suriah menyapu wilayah Kurdi di timur laut negara itu pada Senin di tengah gelombang pertempuran di daerah yang dikuasai minoritas dan Kurdi meminta bantuan dari serangan Erdogan.
 
Pasukan Suriah memasuki kota Manbij sejalan dengan kesepakatan yang dicapai Minggu antara pasukan Kurdi dan para pemimpin Suriah dan Turki. Di mana para pejabat Kurdi sepakat menyerahkan kendali atas beberapa kota dengan imbalan perlindungan.
 
Erdogan meluncurkan serangan Turki di Suriah, yang disebut Operation Spring Peace, pekan lalu untuk menjernihkan apa yang dianggap Ankara sebagai teroris Kurdi di sektor timur laut negara itu.
 
Tujuan Turki menciptakan ‘zona aman’ di timur laut, dekat perbatasan, guna memungkinkan para pengungsi Suriah di Turki bermukim kembali di negara asal mereka.
 
"Kami akan menerapkan keputusan kami pada Manbij," kata Erdogan sebelumnya.
 
"Ketika Manbij dievakuasi, pemilik sebenarnya akan masuk ke sana," tuturnya.

Tanggapan Suriah


Media pemerintah Suriah melaporkan Senin bahwa pasukan Presiden Bashar al-Assad melakukan perjalanan ke utara buat ‘menghadapi agresi Turki.’
 
Pertempuran dimulai pekan lalu setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari Suriah, yang memungkinkan militer Erdogan mulai ofensif dan menuai banyak kritik dari komunitas internasional dan anggota dari kedua partai politik utama AS.
 
Prancis bekerja melindungi pasukannya di Suriah, yang telah ada di sana untuk mendukung pasukan AS dalam perang melawan kelompok teror Islamic State (ISIS). Belgia dan negara-negara lain khawatir warga asli Uni Eropa ditangkap yang bergabung dengan kelompok itu dapat dibebaskan atau kabur, dan akan dapat dengan mudah menyusup ke Eropa lewat serangan teror.
 
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan sebelumnya pasukannya juga akan pergi jika terjadi penarikan pasukan AS.
 
Setidaknya 11 warga sipil tewas dan 74 lainnya luka-luka di Ras al-Ain Serekaniye, tepat di selatan perbatasan Suriah-Turki, Sabit Merah Kurdi melaporkan, dan 200.000 telah terlantar. Program Pangan Dunia PBB mengatakan sedang merencanakan bantuan bagi 400.000 orang yang mungkin membutuhkan makanan dan bantuan lainnya.
 
Sebuah video yang beredar di internet menunjukkan para militan yang didukung Turki mengeksekusi seorang politisi Kurdi, sopirnya, anggota pasukan keamanan Kurdi, dan beberapa warga sipil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan