Wakil Presiden AS Mike Pence mengatakan, Trump telah berbicara langsung dengan Erdogan dan memintanya segera memberlakukan gencatan senjata di Suriah. Trump juga mendesak Erdogan untuk berdialog dengan pasukan Kurdi.
Turki melancarkan operasi militer ke Suriah utara pada 9 Oktober untuk menghabisi pasukan Kurdi yang dianggap teroris. Invasi dilakukan usai Trump memerintahkan penarikan pasukan AS dari perbatasan Suriah.
"Presiden Trump telah berkomunikasi dan menekankan dengan jelas kepada dia bahwa Amerika Serikat ingin Turki menghentikan invasi, segera mengimplementasikan gencatan senjata dan memulai negosiasi dengan pasukan Kurdi di Suriah demi mengakhiri kekerasan," kata Pence, dilansir dari Sky News, Selasa 15 Oktober 2019.
Pence, bersama penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien, akan segera dikirim ke Turki untuk mencoba meyakinkan Ankara menghentikan invasi.
Invasi Turki ke Suriah utara memicu kekhawatiran global. Penarikan pasukan AS dianggap Turki sebagai "lampu hijau" untuk menyerang Kurdi di Suriah.
Turki mengaku ingin menciptakan sebuah koridor, atau disebut juga dengan zona aman, di wilayah perbatasan dengan terlebih dahulu menghabisi pasukan Kurdi.
Pasukan Kurdi adalah mitra utama AS dalam menghadapi kelompok militan Islamic State (ISIS) di Suriah. Usai pengumuman penarikan pasukan AS oleh Trump, milisi Kurdi yang tergabung dalam Pasukan Demokratik Suriah (SDF) merasa seperti ditelantarkan.
Mereka pun meminta bantuan ke Pemerintah Suriah. Damaskus merespons, dan mengirim pasukannya ke wilayah utara untuk membantu Kurdi menghadapi Turki
Mengenai penarikan pasukan, Trump menilai sebaiknya Suriah atau negara-negara lain di kawasan berinisiatif menolong Kurdi. Ia mengatakan AS adalah negara yang berlokasi sangat jauh dari Suriah, dengan rentang jarak berkisar 11 ribu kilometer.
"Biarkan Suriah dan (Presiden Bashar) Assad melindungi Kurdi dan berperang melawan Turki di tanah mereka sendiri. Saya pernah berkata kepada para jenderal AS, mengapa kita harus berperang untuk Suriah dan Assad, mengapa kita harus melindungi tanah milik musuh kita?" sebut Trump di Twitter.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News