"Otoritas Israel terus melakukan tindakan terorisme," kata Kementerian Luar Negeri Suriah, dalam pernyataan yang diberitakan media SANA.
"Agresi terbaru Israel masuk dalam kerangka upaya berkelanjutannya dalam memperpanjang krisis di Suriah," tambahnya, dilansir dari Al Jazeera, Rabu 3 Juli 2019.
Rangkaian serangan udara Israel di dekat Damaskus dan Homs pada Minggu 30 Juni menewaskan sembilan milisi pro-pemerintah dan enam warga sipil, termasuk tiga anak-anak. Laporan korban jiwa disampaikan grup pemantau Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Seorang juru bicara militer Israel menolak berkomentar atas serangan di dua lokasi tersebut.
Baca: Korban Tewas Serangan Israel di Suriah Jadi 15 Orang
Kemenlu Suriah telah melayangkan laporan ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, meminta agar Israel bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 15 orang itu.
"Aksi berbahaya Israel tersebut tidak mungkin bisa terjadi tanpa dukungan dari Amerika Serikat, yang melindunginya di DK PBB ini," ungkap Kemenlu Suriah.
Serangan udara mengenai beberapa posisi pasukan Iran di dekat Damaskus. Serangan juga mengenai sebuah pusat riset dan bandara militer di kota Homs.
Menurut pernyataan kepala SOHR Rami Abdel Rahman, satu dari sembilan milisi yang tewas adalah warga Suriah, sementara sisanya berkewarganegaraan asing.
Merespons serangan udara Israel, Rusia menyebutnya sebagai tindakan yang "melanggar kedaulatan Suriah." Kemenlu Rusia menilai serangan semacam itu berpotensi menggoyang stabilitas kawasan. Dalam versi Moskow, serangan udara di dekat Damaskus dan Homs menewaskan 16 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News