Seorang petugas berjalan di depan logo Bandara Abha di Arab Saudi. (Foto: AFP/Fayez Nureldine)
Seorang petugas berjalan di depan logo Bandara Abha di Arab Saudi. (Foto: AFP/Fayez Nureldine)

Arab Saudi Cegat Dua Drone Pemberontak Yaman

Arpan Rahman • 30 Juni 2019 13:07
Riyadh: Dua pesawat tanpa awak atau drone yang dinilai melanggar wilayah Arab Saudi bagian selatan berhasil dicegat otoritas setempat, Sabtu 29 Juni. Koalisi militer pimpinan Arab Saudi menyebut kedua drone tersebut merupakan milik pemberontak Houthi asal Yaman.
 
Dalam pernyataan resmi koalisi, dilansir dari laman Channel News Asia, Minggu 30 Juni 2019, drone pertama dicegat di provinsi Jizan dan satunya lagi di Asir. Koalisi tidak menyebutkan apakah kedua drone tersebut menimbulkan korban jiwa atau kerusakan bangunan.
 
Sebelumnya menurut laporan dari saluran televisi Al-Masirah TV, Houthi mengklaim telah melancarkan serangan drone di bandara di Jizan dan juga Abha, ibu kota dari provinsi Asir.

Houthi, yang digempur serangan udara koalisi Saudi sejak Maret 2015, telah meningkatkan serangan misil dan drone di wilayah perbatasan dalam beberapa pekan terakhir.
 
Pada 12 Juni, sebuah misil Houthi menghantam bandara Abha dan melukai 26 warga sipil. Koalisi Saudi mengecam keras serangan tersebut, dan bertekad membalasnya dengan "aksi tegas."
 
Serangan lanjutan Houthi di bandara Abha pada 23 Juni menewaskan seorang warga Suriah dan melukai 21 warga sipil.
 
Arab Saudi menuduh Iran berada di balik semua aksi Houthi. Iran membantah keras tuduhan tersebut.
 
Baca: Arab Saudi Kembali Cegat Ancaman Drone dari Houthi
 
Terkait rangkaian aksi Houthi belakangan ini, koalisi Saudi mengaku telah meningkatkan serangan udara terhadap beberapa posisi pemberontak di provinsi Hajjah dan Sanaa.
 
Koalisi Saudi terlibat konflik Yaman pada 2015 saat Presiden Abedrabbo Mansour Hadi mengasingkan diri ke Riyadh. Sanaa, ibu kota Yaman, jatuh ke tangan Houthi setelahnya.
 
Konflik di Yaman telah menewaskan puluhan ribu orang, banyak dari mereka adalah warga sipil. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut konflik di Yaman adalah krisis kemanusiaan terburuk di era modern, yang juga membuat jutaan orang telantar dan membutuhkan bantuan darurat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan