Ketiga dubes tersebut antara lain: Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia Joseph Donovan, Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik dan Duta Besar Prancis untuk Indonesia Jean Charles Berthonet.
"Tujuan pertemuan ini adalah untuk membahas isu yang terjadi di Suriah. Dimana serangan kimia berulangkali dilakukan oleh Suriah terhadap warganya, termasuk empat kasus yang diidentifikasi oleh OPCW (Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons) sebagai penyerangan dengan senjata kimia. Termasuk serangan kimia yang terbaru pada 7 April," ujar Dubes AS untuk Indonesia Joseph Donovan, di kantor Kemenlu RI, Jakarta 19 April 2018.
(Baca: Rusia Nilai AS sudah Jadi Hakim dan Algojo di Suriah).
Donovan menambahkan, poin yang disampaikan di sini adalah, Suriah berulangkali menggunakan senjata kimia terhadap warga sipilnya berulangkali.
"Sementara untuk serangan kami lakukan kepada Suriah, diarahkan ke lokasi senjata kimia serta tempat penyimpanannya. Serangan kami difokuskan untuk mengurangi kemampuan senjata kimia dari Suriah," tegas Dubes Donovan.
Lain hal disampaikan oleh Dubes Prancis Berthonet yang menilai bahwa dunia harus menghadapi fakta bahwa sepanjang 2017, Rusia menjatuhkan veto terhadap resolusi PBB untuk Suriah. Enam di antara veto itu berkaitan dengan penggunaan senjata kimia Suriah.
"Tidak ada jalan lain bagi kami untuk bertindak dan menargetkan kepada pemerintah Assad yang sudah melanggar garis batas dengan menggunakan senjata kimia terhadap warganya sendiri, termasuk anak-anak. Tindakan ini tidak dapat diterima dan sudah terjadi dua kali," tutur Dubes Berthonet.
Sedangan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik menegaskan bahwa ada konvensi senjata kimia yang menentukan arah norma internasional dalam penggunaan senjata kimia. Menurut Dubes Moazzam, konvensi senjata kimia ini sekarang terdesak oleh tindakan pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad terhadap rakyatnya sendiri.
(Baca: Tim PBB Diberondong Tembakan saat Tiba di Douma).
Bahkan menurut Dubes Moazzam, tindakan dari Assad terlindungi oleh sikap Rusia di Dewan Keamanan PBB. Ada pilihan bagi negara yang mengakui konvensi senjata kimia ini.
"Apakah kita ingin norma internasional ini terkikis dan penggunaan senjata kimia bisa menyebar luas atau kita ingin menegakan konvensi senjata kimia yang sangat penting ini," pungkas Dubes Moazzam.
Lebih lanjut Moazzam menambahkan bahwa Indonesia akan menjadi anggota eksekutif dari OPCW pada Mei mendatang. Pihaknya pun mengapresiasi pernyataan Indonesia yang dibacakan oleh Menlu Retno pekan lalu mengenai situasi di Suriah.
"Tetapi kami mengundang Indonesia dan pihak berwenang Indonesia untuk bertindak lebih jauh dengan menghukum pemerintah Assad yang telah melanggar konvensi ini saat menggunakan senjata kimia kepada rakyatnya sendiri," tutur Dubes Moazzam.
Moazzam mengajak seluruh dunia untuk menekan Suriah termasuk Rusia untuk mengizinkan masuk tim pencari fakta OPCW di Douma. Pihaknya khawatir bahwa lokasi serangan gas kimia di Douma sudah tercemar. Namun Inggris tetap ingin mendapatkan akses ke wilayah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News