"Saya sangat menyayangkan keputusan yang diambil (AS) terkait Suriah," ucap Macron, seperti dikutip dari kantor berita Anadolu Agency.
"Seorang sekutu harus dapat diandalkan dan berkoordinasi dengan sekutu lainnya. Menjad sekutu dapat diartikan berjuang bersama-sama," lanjut dia.
Macron mengapresiasi langkah Menteri Pertahanan AS James Mattis yang memilih mengundurkan diri atas keputusan Trump. Awal tahun depan, Trump menegaskan Mattis akan digantikan oleh Wakil Menhan, Patrick Shanahan.
Rabu kemarin, Trump mengumumkan hendak menarik sekitar 2.000 personel militer AS dari Suriah. Keputusan diambil usai dirinya berbicara dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada 14 Oktober.
Dalam percakapan terbaru via telepon, Trump dan Erdogan juga sepakat tidak akan membiarkan Suriah mengalami kekosongan kekuasaan saat pasukan AS ditarik. Trump menegaskan Erdogan akan menjadi tokoh yang menghabisi sisa-sisa militan Islamic State (ISIS) di Suriah setelah ditinggal pasukan AS.
AS memulai operasi militer di Suriah pada 2014, dengan tujuan utama membantu pasukan lokal dalam memerangi ISIS. Sejumlah laporan menyebut pasukan AS akan benar-benar ditarik dalam kurun waktu 60 hingga 100 hari ke depan.
Seorang juru bicara militer Washington mengatakan kepada media AFP bahwa surat perintah penarikan pasukan sudah ditandatangani Kemenhan AS atau Pentagon.
Rencana penarikan muncul menjelang kemungkinan adanya operasi militer Turki di Suriah terhadap grup YPG dan PKK. Sejak 2016, Turki telah melancarkan dua operasi serupa di Suriah utara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News